Namanya Renggeng. Ini merupakan istilah yang digunakan oleh masyarakat Bugis untuk kegiatan berburu. Kegiatan ini sudah ada sejak era kerajaan. Tak jarang renggeng ini juga diinisiasi raja (arung).
Rusa adalah hewan yang banyak diincar. Hasil buruan itu lalu dimakan bersama-sama.
Mengutip desabudaya.kemendikbud.go.id, kegiatan berburu ini dilakukan dengan berkelompok. Biasanya, di dalam sebuah gunung atau hutan, dilakukan pengepungan terhadap lokasi tempat rusa itu berada.
Ada banyak perbedaan cara berburu masyarakat setempat. Dari berbagai carita dari tetua, salah satu yang menarik adalah kegiatan berburu dengan menggunakan kuda. Dengan membawa tombak dan jerat tali simpul (tado, begitu masyarakat Bugis menyebutnya), mereka menunggang kuda untuk mencari sasaran. Selain menunggang kuda, mereka juga membawa anjing.
Dengan menggunakan kuda yang terlatih, mereka bisa mengikuti rusa ke mana pun rusa itu berlari hingga kelelahan. Saat rusa sudah kelelahan, mereka kemudian menggunakan tombak serta tado untuk menjerat leher rusa.
Menurut cerita beberapa orang tua, bagi penunggang kuda yang ahli dan tangguh, ia bisa melintasi bukit yang curam tanpa rasa takut sedikit pun. Keberanian menunggang di bukit yang curam merupakan salah satu penilaian terhadap lelaki di masa itu.
Perburuan biasanya dilakukan para prajurit. Sedangkan Arung biasanya hanya mengumpulkan anjing-anjing terbaik untuk dijadikan sebagai amunisi untuk mengejar buruan.
Pada saat anjing dan para pemburu mengejar buruan, biasanya Arung akan duduk di puncak bukit atau tempat-tempat strategis melihat secara langsung perburuan tersebut.
Yang tak kalah menarik dari perburuan yang ada saat itu adalah kehadiran dukun. Sebelum berburu, biasanya Arung bertanya tentang hari baik atau hari yang tepat sehingga mendapatkan hasil berburu yang banyak.
Selain menentukan hari baik, sang dukun ini juga biasanya melakukan tradisi “meminta” hewan buruan sebelum melakukan perburuan. Tradisi meminta ini juga dilakukan secara tradisional. Biasanya dilakukan dengan cara membawa satu sisir pisang dan memohon dengan doa tertentu yang diajarkan secara turun temurun.
Hanya, saat ini kegiatan renggeng ini sudah jarang dilakukan. Selain keterbatasan hewan burum juga keterbatasan anjing ahli dan lihai mengejar buruan.