Pada bulan Agustus, berbagai desa di Pulau Jawa merayakan tradisi Merti Desa. Tradisi ini tidak hanya sebagai bentuk syukur atas hasil bumi tetapi juga sebagai momen kebersamaan dan pelestarian budaya. Di tengah perubahan zaman, Merti Desa menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai tradisional masih dipertahankan dan diapresiasi oleh masyarakat. Melalui berbagai kegiatan ritual, warga desa dapat mengenang leluhur, menyatu dengan alam, dan menguatkan ikatan sosial antarwarga.
Tradisi ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan dan melestarikan seni serta budaya lokal kepada generasi muda. Anak-anak dan remaja diajak berpartisipasi dalam kegiatan Merti Desa sehingga mereka dapat memahami dan menghargai warisan budaya yang ada. Dengan demikian, Merti Desa berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan, memastikan bahwa nilai-nilai luhur tetap hidup dan relevan.
Merti desa di berbagai desa
Di Desa Dologan, Kecamatan Karanggede, Boyolali, Merti Desa diselenggarakan untuk menyambut Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-79. Acara ini melibatkan warga desa yang berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti bersih desa, pengajian, dan pertunjukan kesenian tradisional. Seluruh rangkaian kegiatan ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan warga dalam menjaga tradisi dan memeriahkan peringatan hari kemerdekaan.
Di Dukuh Gunungsari, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir, Salatiga, Merti Desa dimeriahkan dengan acara rebutan gunungan. Warga berbondong-bondong untuk memperebutkan hasil bumi yang telah disusun menjadi gunungan sebagai simbol berkah dan rezeki. Acara ini diikuti dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya yang menambah semarak suasana.
Di Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Merti Desa diadakan untuk mengenang sejarah bergabungnya tiga wilayah menjadi satu desa pada tahun 1913. Upacara ini melibatkan kirab budaya dengan mengarak gunungan hasil bumi dan tumpeng, serta upacara Golong Gilig yang melambangkan persatuan dan kebersamaan warga desa. Selain itu, acara ini juga diisi dengan pengajian akbar dan pentas wayang kulit.
Di Desa Tegalrejo, Gondang, Sragen, Merti Desa dilaksanakan dalam rangka tradisi bersih desa yang dilangsungkan pada bulan Sura. Kegiatan ini melibatkan pembersihan lingkungan desa, doa bersama, dan selamatan sebagai bentuk syukur dan permohonan berkah. Tradisi ini menjadi ajang berkumpulnya warga desa untuk menjaga kebersihan lingkungan dan mempererat tali silaturahmi.
Makna dan Pentingnya Merti Desa
Merti Desa adalah tradisi yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi dan berkah yang diberikan. Tradisi ini biasanya dilakukan di desa-desa di Jawa dan melibatkan berbagai kegiatan seperti bersih desa, pengajian, kirab budaya, dan pertunjukan seni. Merti Desa memiliki makna penting dalam menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan leluhur, serta memperkuat kebersamaan dan gotong royong di antara warga desa.
Melestarikan Merti Desa sangat penting karena tradisi ini tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat identitas lokal dan menjaga nilai-nilai luhur nenek moyang. Dengan melestarikan Merti Desa, kita dapat terus mengingat dan menghargai pentingnya kebersamaan, kerja sama, dan rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini juga menjadi cara efektif untuk mendidik generasi muda tentang pentingnya menghormati alam dan menjaga warisan budaya.