Indonesia kaya akan budaya. Ragam budaya bisa kita temui di pelbagai daerah di negeri ini. Salah satu kekayaan budaya ini adalah tradisi lisan.

Tradisi lisan ini bisa kita jumpai di sejumlah daerah. Salah satunya di Sulawesi Selatan. Masyarakat Sulsel bersuku Bugis dan Makassar mengenalnya dengan sebutan Pappaseng yang berarti tradisi lisan dalam bentuk sastra yang berisi wasiat dan ajaran moral dalam menjalani hidup sehari-hari. Salah satu bentuknya adalah mantra.

Mantra yang terkenal disebut cenning rara. Cenning dalam bahasa Bugis berarti manis. Sedangkan rara berasal dari kata cendra atau cendrara yang berarti bulan atau matahari. Atau dalam konteks ini adalah cahaya. Secara bebas Cenning rasa bisa diartikan sebagai wajah manis.

Cenning rara merupakan sebuah cara yang biasa ditempuh para laki-laki suku Bugis dan Suku Makassar sejak zaman leluhur mereka untuk memikat hati seseorang yang disukai.

Cenning rara dilancarkan oleh pria yang sangat menyukai seorang gadis namun cintanya ditolak. Apalagi jika merasa dipermalukan oleh sang gadis.

Mencari pasangan hidup memang bukan perkara mudah. Susah-susah gampang, begitu kata orang. Karena itu, beragam taktik dimainkanpun. Beragam cara pun akan dilakukan demi menemukan “dia” sang belahan jiwa.

Hasnitasari dalam artikelnya berjudul "Cenning rara: Mantra dan Doa Masyarakat Bugis," menyebut, dalam sejarahnya, Cenning rara adalah prosesi untuk mengeluarkan aura dari dalam diri, sehingga telah menjadi sebuah kepercayaan bahwa dengan menggunakan Cenning rara akan mendatangkan jodoh lebih mudah.

Pada kebudayaan Sulawesi Selatan, warisan pappaseng dalam bentuk mantra atau doa-doa (baca-baca) digunakan dengan tujuan berbeda-beda. Cenning rara, misalnya, yang dalam khasanah kebudayaan masyarakat Bugis dan Makassar ditempatkan sebagai mantra pemikat lawan jenis.

Ya, mantra cenning rara memang identik sebagai baca-baca penggaet pasangan atau untuk membuat seseorang senantiasa awet muda.

Kata-kata memang dipercaya memiliki kekuatan. Bila kata-kata dibaca dengan baik maka akan mempengaruhi jiwa sang pembaca yang pada gilirannya akan mempengaruhi jiwa yang target yang dimaksud.

Susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yg lain. Adapun Cenning rara termasuk ke dalam jenis mantra pitanggang, yaitu mantra yang menyebabkan perempuan tidak suka kepada pria.

Namun tidak bisa dipastikan mereka yang membaca mantra akan selalu berhasil menggaet target. Ada prasyarat yang mesti dilalui.

1. Keyakinan
Tujuan apapun yang hendak dicapai pada kondisi tidak yakin mencapainya akan mengurangi bahkan menggagalkan usaha. Keyakinan juga berarti mensugesti diri agar bisa mencapai tujuan.

2. Transfer
Saat sang guru mengajarkan ke muridnya (terutama Cenning rara) bukan hanya teks dan gerakan yang diajarkan. Namun juga transfer "berkahnya" sebagai kunci untuk mengaktivasi Cenning rara tersebut. Transfer bisa melalui tatapan mata, sentuhan tangan guru ke murid, atau gelombang suara tanpa disadari sang murid.

3. Kondisi Sang Gadis
Nah ini penting. Berhubung ilmu pengasihan terutama Cenning rara bekerja di wilayah metafisik manusia, tentu variabel yang mempengaruhi adalah kondisi si gadis sebagai target. Jika jiwanya lemah, maka akan mudah bagi Cenning rara untuk bekerja. Tapi jika jiwa sang gadis kuat Cenning rara ini tidak mempan baginya.

4. Usaha
Gerakan yang dilakukan saat membaca teks mantra Cenning rara (meminyaki rambut, bercermin, memasang baju dan seterusnya) adalah usaha-usaha atau gerakan yang mensinergiskan dengan teks mantra tersebut.

Cenning rara ini biasa dilakukan dengan media minyak kelapa yang ditanak, telur yang direbus, atau beras yang dijadikan bedak.