"Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, selat, dan teluk." Inilah momentum bagi Indonesia untuk mengembalikan kejayaan di laut dan samudera. "Sehingga 'jalesveva jayamahe', di laut kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu kembali membahana."
Itulah pernyataan pertama Joko Widodo dihadapan anggota DPR setelah dia terpilih menjadi Presiden pada 2014.
Jokowi tak salah. Indonesia memang negara maritim. Secara geografis, Indonesia memiliki dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yakni 95.181 kilometer.
Sebagai negara maritim, banyak sekali budaya maritim yang bisa kita temui di sejumlah daerah. Salah satunya di Desa Plawangan, Rembang, Jawa Tengah.
Mengutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Desa Plawangan memiliki banyak potensi, mulai dari budaya, alam, hingga peninggalan peradabannya. Salah satunya adalah Rumah Peradaban Situs Plawangan.
Baca juga: Produk-produk desa yang digandrungi mancanegara
Situs Plawangan merupakan bagian dari tinggalan budaya pantai utara pulau Jawa, yang berkembang sepanjang pantai mulai Jawa Barat sampai Jawa Timur.
Sejumlah hasil penelitian menyebutkan, manusia yang mendiami Situs Plawangan telah mengenal kebudayaan yang cukup tinggi. Hal ini ditandai adanya peninggalan budaya mereka yang berupa manik, benda-benda perunggu dan besi, serta budaya penguburan.
Karena telah mengenal kebudayaan yang cukup tinggi, menurut Ketua Tim Peneliti situs Plawangan Profesor Bagyo Prasetyo, situs Plawangan bisa disebut situs bersejarah berlevel internasional.
Sebutan itu mengacu pada benda-benda yang ditemukan di situs itu. Menurut Bagyo, sejak 2000 tahun silam di Plawangan sudah ada interaksi atau ditemukan benda-benda yang berasal dari luar Plawangan.
“Plawangan ini merupakan bagian dari jalur maritim," Ketua Bagyo beberapa waktu silam.
Bukti itu bisa dilihat dari temuan yang ada di sana seperti nekara. Nekara merupakan barang perdagangan dari Dongson Vietnam.
Situs provinsi Jawa Tengah menulis, jalur maritim dulu merupakan jalur perdagangan dari negeri Cina dan India. Orang-orang India dan Cina ke Plawangan diduga datang untuk menukaran barang-barang kerajinannya dengan rempah-rempah. Dugaan ini didasarkan pada temuan manik-manik produksi India dan Cina.
Baca juga: Tiga potensi desa yang bisa dikembangkan BUMDes
Bagi masyarakat desa ini, laut merupakan tempat mereka menggantungkan hidup. Sementara pantai adalah tempat anak-anak serta pemuda tumbuh dan berkembang.
Kegiatan maritim yang menjadi ciri khas masyarakat nelayan Desa Plawangan adalah maring dan sedekah laut. Maring adalah kegiatan mencari udang rebon yang dilakukan masyarakat pada pagi hari. Hasil dari tangkapan akan dibuat menjadi terasi dengan alat khas yang dibuat oleh masyarakat setempat yang disebut dengan waring.
Sedangkan sedekah laut adalah sebuah tradisi yang digelar setahun sekali yang dilaksanakan pada bulan-bulan along (bulan November atau Desember). Tradisi ini dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur masyarakat Plawangan kepada Tuhan atas melimpahnya hasil laut.