Cukup banyak desa di pulau Jawa yang saat ini berhasil mengembangkan diri sebagai desa wisata. Sebut misalnya Desa Pujon di Malang, Jawa Timur atau Kampung Mataraman di Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta.

Tak berbeda dengan desa-desa di pulau Jawa, di luar Jawa pun cukup marak upaya mengembangkan desa sebagai tujuan pariwisata. Sebut misalnya desa Pulau Dodola di kawasan Morotai. Itulah satu tujuan wisata bahari di kawasan pulau-pulau Morotai.

Untuk ke Pulau Dodola, hanya butuh 10 menit saja dari pelabuhan speedboat Morotai. Harga sewa speedboat berkisar antara 600 sampai 800 ribu rupiah. Wisatawan akan diantar ke pulau Dodola dan bisa menghabiskan waktu sepuasnya sementara speedboat menunggu.

"Rugi kalau tidak berkunjung ke Dodola, pak. Pantainya sangat bagus," ujar Muchsan, 25 tahun, seorang warga Ternate yang tinggal di Morotai.

Dodoli1

Senada dengan Muchsan, petugas loket kapal ferri juga menganjurkan hal serupa. "Sekarang ini, wisatawan dari dalam maupun luar negeri, sudah menjadikan Dodola sebagai tujuan utama mereka," tuturnya. Morotai sejak 2017 dipimpin seorang Bupati bernama Beni Laos yang kebetulan seorang pengusaha daerah.

"Mungkin hal ini merupakan waktu yang pas, di saat Morotai membangun diri, bupatinya kebetulan seorang pengusaha," ujar Totona, 30 tahun, warga Dodola.

Jumlah turis sejak tahun 2017 terus meningkat dengan adanya pesawat dari Manado ke Morotai setiap hari satu kali penerbangan. Selain jalur itu, wisatawan juga bisa datang ke Morotai melalui jalur laut, yaitu dari Tobelo. Tiket speedboat dari Tobelo ke Morotai Rp 110.000 per orang dengan waktu tempuh 90 menit. Atau menggunakan kapal ferri dengan tiket Rp 35.000, per orang tapi waktu tempuhnya sekitar 3 jam.

Meski baru merupakan langkah awal, namun program pariwisata daerah terluar telah mulai dirintis. Jika program ini berjalan baik, maka desa-desa di kawasan terluar akan bergerak maju sesuai tujuan Undang-undang Desa untuk memandirikan dan mensejahterakan desa. (FRG)