Bali memang dikenal sebagai surga wisata. Nama Bali pun sudah mendunia. Bisa dibilang hampir setiap sudut di wilayah ini dijadikan objek wisata.

Salah satunya adalah Desa Wisata Ekologi (DWE) Nyambu. Desa ini masuk Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.

Dalam pengembangan wisata, masyarakat setempat menggunakan pendekatan pariwisata berbasis kekayaan alam dan budaya setempat atau yang kerap disebut ekowisata.

Pendekatan ekowisata ditujukan untuk mendukung masyarakat dalam melindungi lahan mereka dan lingkungan setempat. Selain itu juga untuk membantu mereka melindungi dan memelihara tradisi daerah, melalui produk-produk pariwisata seperti tur sawah, budaya, bersepeda kelas kuliner dan melukis serta akomodasi homestay.

Mengutip britishcouncil.id, masyarakat juga diberi dukungan mengelola bisnis pariwisatanya sendiri dan mengatasi urbanisasi yang kian meningkat. Masyarakat juga diberi pelatihan dalam pengembangan kapasitas seperti bahasa Inggris untuk pariwisata dan literasi finansial.

Kini pengembangan pariwisata yang mereka lakukan mulai menunjukkan hasil. Desa ini menjadi magnet bagi wisatawan asing dan lokal.

Desa ini punya tiga paket unggulan Desa Wisata Nyambu yakni susur sawah, susur budaya, dan susur sepeda.

Baca juga: Matabondu, Desa yang Tak Pernah Mendapat Dana Desa dari Pemerintah

Ketua Pengelola Desa Wisata Ekologi Nyambu I Wayan Gede Eka Sudiartha mengatakan, pengembangan desa wisata itu dimulai 2015. Awalnya mereka memetakan potensi-potensi yang ada di desanya. Kala itu mereka menemukan ada 22 sumber mata air, 67 pura dan sawah mencapai 348,7 hektare. "Ada juga sanggar seni dan pelaku seni," ujarnya seperti dinukil nusabali.com.

Dari pemetaan itu mereka melakukan rembug desa. Dalam rembug disepakati mereka membuat desa wisata. "Kami juga didukung oleh Yayasan Wisnu dan British Consul dalam mewujudkan Desa Wisata Ekologi," kata Sudiartha.

Ada yang membedakan desa wisata Nyambu dengan desa wisata lainnya. DWE menitik beratkan pada lingkungan. Pemilihan itu dilakukan dengan harapan, DWE sebagai benteng untuk menjaga desa agar tetap seperti yang ada selama ini.

Baca juga: Alasan Seluruh Warga Desa di Konawe Selatan Golput

Caranya? Mereka tidak membangun vila untuk wisatawan. Jika ada wisatawan yang ingin menginap, mereka akan mempersilakannya untuk menyewa kamar yang dimiliki warga. "Kami membatasi jumlah kunjungan, karena hanya mampu mengcover 15-20 orang per bulan," katanya.

Pembatasan dilakukan karena mereka tidak ingin pariwisata mengubah tatanan kehidupan penduduk Desa Nyambu. Sebab, Nyambu Ecotourism memanfaatkan fasilitas adat dan pertanian. Selain itu, ketika menerima tamu dengan jumlah sedikit maka info yang disampaikan ke wisatawan bisa mudah tersampaikan.

Harga per paket ini berkisar US$70-US$100 dolar per orang.

Perbekel (kepala desa) Desa Nyambu Nyoman Biasa mengatakan ekowisata ini mampu berkontribusi ke desa, bahkan sudah menyumbang laba Rp 10 juta per tahun.