Di tengah pelambatan ekonomi karena pandemi Covid-19, sejumlah produk-produk pertanian tercatat masih diminati di sejumlah negara. Seperti kopi, kapulaga, kelapa, dan karet.
Produk kopi misalnya. Dalam catatan Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada tahun lalu mencatat, 57,6 ton kopi arabika Gayo diekspor ke Amerika. Kopi milik Koperasi Baitul Qiradh Baburrayan (KBQ Baburrayan) Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh itu berhasil diekspor dengan nilai Rp 4,2 miliar.
Ketua KBQ Baburrayyan, Rizwan Husein mengatakan, pihaknya juga mendapat pesanan 10 kontainer dari Starbucks, Amerika Serikat. “Satu kontainer harganya Rp 1 miliar,” kata dia seperti ditulis rri.co.id.
Baca juga: Tiga potensi desa yang bisa dikembangkan BUMDes
Kontan.co.id menulis, ada juga 104 ton kelapa asal Sulawesi Utara yang telah diolah dalam bentuk parut, diminati di Brasil. Biasanya kelapa parut Sulut di ekspor ke negara-negara di benua Asia dan Eropa.
Keberhasilan ekspor ini, diharapkan dapat membawa dampak baik bagi kesejahteraan para petani kelapa di tengah pandemi Covid-19.
Kapulaga asal Sumatera Utara (Sumut) boleh dikata merupakan komoditas yang tak goyah diterpa pandemi global. Berdasarkan catatan Karantina Pertanian Belawan, permintaan komoditas ini di pasar global justru melesat tajam.
Pada semester pertama 2020, volume pengapalan kapulaga meningkat sebesar 54,2 persen atau mencapai 171 ton dengan nilai Rp 12 miliar.
Baca juga: Empat desa Indonesia yang mendunia
Jumlah itu jauh melampaui ekspor Januari–Juni 2019, yang hanya mencapai 82 ton. Ekspor kapulaga ini kian menambah panjang daftar ekspor rempah-rampah asal provinsi ini.
Produk rempah-rempah lain yang laris-manis di mancanegara seperti kincung/combrang, jahe, kunyit, cengkih dan buah tempayang.