Desa-desa di Indonesia tercatat memiliki potensi yang luar biasa. Memang tak semua potensi itu terlihat terang-benderang, tapi kadang juga tersembunyi. Butuh kejelian untuk menggalinya.
Seperti yang ada di Desa Bejiharjo di Kabupaten Gunungkidul. Warga desa itu tahu di desanya ada goa, namun mereka tak tahu bagaimana mengembangkannya.
"Kebetulan di sini ada Goa Pindul, mulai jadi objek wisata dari tahun 2012 dan saat itu satu bulan hanya 100 sampai 200 orang yang datang," kata Ketua Karang Taruna Tarunabakti sekaligus pengelola Wirawisata Gelaran II Desa Bejiharjo, Yudan Hermawan seperti dilansir kompas.com.
Yudan bercerita, goa ini awalnya hanya dimanfaatkan warga untuk mencuci dan memandikan hewan ternak.
Akhirnya pada 2011, Yudan dan para pemuda menggagas pengembangan goa itu. Mereka menemui warga sekitar Goa Pindul. Para pemuda ini menganggap goa ini punya potensi yang bisa dikembangkan.
Para pemuda ini kemudian berembug dengan aparat desa dan warga sekitar. Kepada mereka, para pemuda ini mengatakan pengembangan ini nantinya untuk kesejahteraan warga. Warga dan aparat pun setuju goa itu dikembangkan menjadi destinasi wisata.
“Mayoritas penduduk desa sini petani, tapi petani di sini susah, Gunungkidul terkenal kekeringannya. Pemudanya pengangguran, susah cari kerja. Banyak pemuda yang merantau karena ini. Akhirnya setuju ini (pemanfaatan Goa Pindul),” kata Yudan seperti dinukil kumparan.com.
Karena warga sepakat, akhirnya Karang Taruna Desa Bejiharjo mengelola goa itu sejak 26 September 2011. Pada tahun 2011-2012, omzet yang berhasil dicatatkan pengurus mencapai Rp 75 juta per tahun.
Omset itu terus naik dari tahun ke tahun. Pengelola menambah sejumlah kegiatan. Tak hanya wisata susur goa tapi juga ada kuliner yang menjajakan makanan khas desa, sewa jeep, homestay.
Pada 2013 rupanya tempat ini naik daun. Banyak wisatawan berdatangan. Banjirnya wisatawan itu membuat omset yang dikelola para pemuda ini meningkat. Pada 2012-2013 omsetnya mencapai Rp 350 juta. Mulai 2013-2015, omzet yang didapatkan pengelola mencapai Rp 1,5 miliar. 2016-2017, omzet dari Goa Pindul capai di atas Rp 2 miliar.
“Sekarang itu ada 200 pemuda yang terlibat, dan 40 ibu-ibu PKK. Mereka dapat penghasilan di atas UMR. Karena itu, sekarang banyak pemuda asli sini yang dulu merantau, sekarang mau pulang ke Gunungkidul,” ujar Yudan.
Goa Pindul Sekilas
Aliran sungai yang berada di dalam Gua Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh. Penulusuran di dalam gua akan terdapat formasi bebatuan stalaktit, sejenis mineral sekunder yang menggantung di langit-langit gua kapur. Ada pula stalaktit yang sudah tumbuh sampai bawah dan menjadi seperti pilar.
Liputan6.com menulis, beberapa batuan karst di gua ini juga masih hidup dan meneteskan air. Salah satu bagian Gua Pindul terdapat tempat yang cukup lebar sehingga terlihat seperti kolam dan terdapat celah yang cukup lebar tempat sinar matahari masuk.
Berada di sini Anda bisa melakukan aktivitas Cave Tubing. Ini adalah aktivitas menyusuri gua yang dilakukan dengan menaiki ban pelampung di atas aliran sungai bawah tanah di dalam gua sepanjang sekitar 350 m. Kedalaman air di sungai dalam goa berkisar 5-12 m dengan lebar goa 5 m.
Goa Pindul memiliki 3 zona yang meliputi zona terang, zona remang, dan zona gelap. Estimasi waktu yang dihabiskan menyusuri gua ini berkisar 45 menit.