Keindahan alam yang menakjubkan, hal yang paling diburu wisatawan saat ini. Apalagi banyak destinasi wisata yang ditutup sementara gegara pandemi Covid-19. Tapi tak usah khawatir, masih ada juga destinasi yang buka. Salah satunya di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Di sini ada tempat wisata alam yang indah dan menakjubkan. Sebuah lembah mungil perkampungan adat Rangat. Perkampungan ini terletak di kawasan Bentang Alam Mbeliling, Desa Wisata Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang. Berjarak kurang lebih 35 kilometer dari Kota Labuan Bajo dengan waktu tempuh 90 menit perjalanan roda empat atau roda dua.
Spot wisata ini memiliki keunikan yang instagramabel. Di sini ada 15 unit rumah panggung berdiri anggun melingkari sebuah compang komunitas adat yang dilestarikan secara turun-temurun.
Rumah-rumah panggung ini berukuran mungil dan seksi. Konstruksi bangunannya bernuansa budaya asli masyarakat adat Kempo-Manggarai Barat.
Baca juga: Kisah ikan teri yang melambungkan Hadekawa
Rumah-rumah panggung ini ditopang oleh sembilan tiang kayu bulat. Delapan tiang pancang dan satu tiang utama (siri nok). Kerangka atap terbuat dari ijuk berbentuk piramida.
Sebanyak 14 unit rumah panggung berdiri sama besar dan sama tinggi. Satu unit rumah lagi berukuran lebih besar.
Setiap unit rumah panggung memiliki tangga (rede) dan diapit satu tiang panjang (sersorang) yang dipasang landai searah tangga. Rumah-rumah panggung itu berdiri kokoh mengelilingi compang (altar) batu alam yang tersusun apik di tengah perkampungan itu.
Penggagas perkampungan adat Rangat, Bernadus Barat Daya menjelaskan, setiap unit rumah panggung itu memiliki nama historis. Dia menyebut contoh nama satu unit rumah panggung yang dihuninya. Namanya "Umpu Rang".
Umpu Rang, kata Bernadus, adalah leluhur pertama keturunan suku Liang Mboha. Silsilah keturunan suku Liang Mboha berasal dari Umpu Rang itu. Ada pula yang diberi nama "Liang Mboha" untuk mengabadikan sejarah asal-usul orang Rangat dari Liang Mboha (gua batu).
Singkat kata, nama setiap unit rumah adat itu merupakan wujud penghargaan terhadap leluhur mereka yang menyejarah dari zaman ke zaman.
Konon, beberapa tahun silam, warga yang menghuni kampung tua Rangat pindah ke tempat yang lebih strategis dan dilintasi jalan raya sekitar 500 meter jaraknya dengan kampung tua Rangat. Mereka meninggalkan rumah-rumah yang ada di lembah itu lalu membangun rumah baru di Kampung Rangat saat ini. Ditinggalkan penghuninya, rumah-rumah tersebut lapuk termakan usia.
Kini, warga Kampung Rangat pada umumnya tinggal di Kampung Baru itu. Bangunan SDN Rangat, Polindes dan Kapela Santu Yosep juga dibangun di sekitar Kampung Baru tersebut. Meskipun demikian, lahan perkebunan mereka terbentang di sekitar area perkampungan adat itu. Pada saat menggelar ritus adat dan acara tertentu, mereka datang ke lembah yang seksi itu.
Baca juga: Wawancara Kepala Desa Detusoko Barat, Ferdinandus Watu: Masa Depan itu Ada di Desa
Lembah perkampungan adat ini cukup lapang. Bisa jadi tempat yang tepat untuk berpiknik dan bercengkrama bersama keluarga. Selain itu, perkampungan adat ini juga dikelilingi hamparan pohon pinang dan beragam tanaman komoditi yang tumbuh subur. Sangat alami. Udaranya segar. Jauh dari kebisingan.
Mandi Air Pancuran
Tak hanya rumah panggung beratap ijuk, di sini juga ada sumber mata air yang sangat jernih dan sejuk. Sumber mata air itu keluar dari rumpun bambu dan dinaungi rimbunan pohon-pohon pinang yang tumbuh di sekitarnya.
Air yang berasal dari sumber mata air dialirkan melalui pancuran bambu untuk mandi. Letak sumber mata air ini sekitar 20 meter dari perkampungan adat.
Anda akan merasakan sensasi mandi air pancuran yang jernih di bawah rimbunan pepohonan yang sangat menakjubkan.
Lokasi perkampungan adat Rangat ini juga sangat cocok buat Anda yang memiliki hobi camping. Namun, jika berniat camping, Anda harus izin ke tuan kampung.
Dengan cara camping, Anda tentu lebih lama menikmati pesona perkampung adat Rangat. Merasakan sejuknya udara sepanjang malam di lembah ini adalah pengalaman mengesankan untuk dibawa pulang.
Anda bisa berfoto sepuas-puasnya dengan dekorasi alam pegunungan yang masih hijau alami. Sangat cocok bagi seorang fotografer. Di sini terdapat beberapa spot foto yang dapat Anda manfaatkan.
Puncak Bukit Toto Ninu
Tidak jauh dari perkampungan adat Rangat, masih banyak lagi spot wisata alam yang dapat Anda nikmati dalam satu paket tour. Di antaranya sensasi bukit Toto Ninu, gua Liang Mboha, air terjun Cunca Rami, Cunca Lolos dan beberapa spot air terjun lainnya. Semua spot wisata ini berada dalam satu kawasan Bentang Alam Mbeliling.
Lokasi puncak bukit Toto Ninu ini berada di lintasan ruas jalan sebelum memasuki Kampung Rangat atau sekitar 500 meter dari lembah perkampungan adat Rangat.
Baca juga: Tiga potensi yang bisa dikembangkan BUMDes
Berada di atas puncak bukit ini, Anda dapat menikmati bentang alam Mbeliling dan hamparan persawahan warga sekitar. Udara siang hari memberi Anda kesejukan yang luar biasa. Bagi Anda yang hendak berwisata rohani, puncak bukit ini dilengkapi gua Maria dan Kristus Raja yang menempel di dinding batu bersejarah.
Di sini Anda akan menjumpai dua buah batu yang menyerupai wajah manusia yang berdiri berdampingan di puncak tersebut. Konon kisahnya, leluhur suku Liang Mboha telah menjadi fosil batu di puncak bukit Toto Ninu.
Dua Air Terjun Eksotik
Selain sensasi puncak bukit Toto Ninu, Anda juga bisa menikmati keindahan air terjun Cunca Lolos yang menjulang tinggi di dalam kawasan hutan lindung. Air terjun ini tidak jauh dari puncak Toto Ninu. Mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua melintasi jalan rabat beton dari Kampung Tembel.
Masih ada lagi spot wisata alam yang tidak kalah eksotiknya. Sangat menyesal bila Anda melewatkannya. Namanya air terjun Cunca Rami. Letaknya di Desa Golo Ndaring. Berjarak sekitar 3 kilometer dari lembah perkampungan adat Rangat.
Menuju ke Cunca Rami, Anda harus berjalan kaki melintasi jalan setapak dan melewati pematang sawah yang membentang hijau di sekitar air terjun itu. Semua spot wisata alam tersebut memiliki keunikannya masing-masing dengan pengalaman berbeda-beda yang Anda rasakan.
Rute Menuju Perkampungan Adat Rangat
Dari Labuan Bajo sekitar 90 menit perjalanan dengan kendaraan roda empat atau roda dua. Tiba di Simpang Langgo (ruas jalan Trans Flores), belok kiri melintasi jalan Kabupaten menuju perkampungan adat Rangat. Dari Simpang Langgo sekitar 15 menit tiba di kampung baru Rangat. Anda belok kiri lagi melintasi ruas jalan lapen sejauh 500 meter. Sepanjang perjalanan dari simpang Langgo hingga tiba di lembah perkampungan adat itu, Anda menikmati pemandangan yang tersaji secara alami.
Menggunakan kendaraan roda membuat petualangan Anda terasa lebih menyenangkan, karena dapat melihat secara langsung keindahan alamnya. Hawa yang sejuk dan udaranya bersih bebas polusi.
Baca juga: Bangun desa, Megawati sentil Jokowi
Jika Anda menggunaka mobil, harap tetap waspada karena kondisi jalan yang dilalui tidak cukup lebar. Selain itu lintasan jalan yang berkelok-kelok. Tetapi itu semua terbayarkan dengan pemandangan hamparan sawah dan lahan perkebunan warga setempat yang membentang hijau sejauh mata memandang.
Sepanjang perjalanan menuju kampung adat Rangat, kita akan menikmati pemandangan hamparan pohon pinang tinggi di samping kiri-kanan jalan.
Akses menuju lembah perkampungan adat itu memang belum terlalu mulus. Ruas jalan sempit beraspal (lapen), namun dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat sembari menikmati pemandangan yang tersaji alami. Tanpa terasa, Anda akhirnya tiba di lembah perkampungan adat yang eksotis itu. (Robert Perkasa)