Awan tebal menyelimuti Desa Supiturang. Namun sore itu warga masih beraktivitas seperti biasa. Tiba-tiba hujan debu diiringi suara gemuruh. Suara itu terdengar sangat kencang.

Warga langsung masuk ke rumah. Suara makin kencang. Hujan abu juga makin tebal. Warga merasa sesak napas. Tak mau ambil risiko, warga langsung lari tunggang langgang menyelamatkan diri. Gunung Semeru erupsi, Sabtu (4/12/2021) itu.

Dari laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Minggu (5/12/2021) sebanyak 13 orang meninggal dan puluhan lainnya mengalami luka.

Semeru yang masih tergolong gunung aktif, bukan hanya kali ini mengalami erupsi. Mengutip bnpb.go.id, sepanjang sejarah, Semeru sudah mengalami beberapa kali erupsi. Erupsi pertama pernah terjadi pada 1818. Sayang belum banyak informasi yang terekam pada saat itu.

Pada 1941-1942, Semeru kembali berulah. Ia terekam mengalami aktivitas vulkanik dengan durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.

Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Leleran material menyebabkan pos pengairan Bantengan tertimbun.

Setelah itu aktivitas vulkanik tercatat terjadi hampir setiap tahun. Dari 1945 hingga 1960. Lama berhenti, gunung yang berada pada ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) kembali mengalami erupsi pada 1 Desember 1977. Guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3.

Selain ke Besuk Kembar, awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 – 1989.

PVMBG juga mencatat gunung ini punya aktivitas pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008.

Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Gunung Semeru ini memiliki karakter letusan bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3–4 kali setiap jam. Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru.

Saat ini Gunung Semeru berada pada status level II atau ‘waspada’ dengan rekomendasi sebagai berikut.