Sinergi antara pemangku kepentingan dan digitalisasi sangat krusial dalam rangka transformasi struktural ekonomi nasional. Sinergi diperlukan untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19.
"Dalam percepatan ekonomi, sinergi adalah kunci," Presiden Jokowi menyampaikan hal itu saat menyampaikan pidatonya di pembukaan Kongres ISEI XXI dan Seminar Nasional 2021, Selasa (31/8/2021).
Jokowi berharap para ekonom dan akademisi, khususnya yang tergabung di Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), untuk memberikan gagasan segar untuk memperkuat proses pemulihan ekonomi nasional.
Presiden juga menekankan pentingnya digitalisasi untuk mendukung pemulihan ekonomi, khususnya melalui penerapan one single submission (OSS) untuk menyederhanakan proses perizinan dalam membuka usaha di Indonesia.
"[Digitalisasi] ini penting untuk mendorong perekonomian daerah dan pusat agar terus tumbuh," kata Jokowi.
Jokowi berharap melalui digitalisasi bisa membantu pengembangan badan usaha milik petani, membuka akses pemasaran melalui kemitraan dan penyederhanaan akses pembiayaan.
Senada dengan hal itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga menekankan perlunya digitalisasi ekonomi, keuangan dan bidang lain secara menyeluruh.
Menurutnya, hal ini akan mendorong inklusi ekonomi dan keuangan dan pada gilirannya akan mempercepat pemulihan ekonomi.
"Bank Indonesia akan terus mendorong akses pembiayaan. Sinergi erat dengan digital banking. Untuk mendorong digitalisasi sektor riil di UKM, pengembangan startup baik tingkat lokal maupun nasional," kata Perry, yang juga ketua umum ISEI.
Perry juga mendorong agar produk-produk Indonesia bisa dipasarkan melalui startup e-commerce, yang tentunya hanya akan bisa dicapai melalui digitalisasi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan program-program pemerintah dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
"Pemerintah menggunakan instrumen fiskal untuk menjangkau seluruh warga sampai ke daerah-daerah pelosok dan membantu pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19," kata Sri Mulyani.
Dia berharap geliat pemulihan ekonomi tidak hanya muncul akibat penerapan kebijakan instrument fiskal, namun akan tumbuh dari dunia usaha dan masyarakat.
Sri Mulyani menekankan bahwa pandemi bukan masalah kesehatan saja, tetapi memiliki dimensi yang sangat luas. Menteri keuangan juga secara panjang lebar menjelaskan perkembangan program pemulihan ekonomi dan juga update terkait APBN.
"Kita harapkan tahun 2021 akan ada rebound. Namun, tentu ini masih akan dipengaruhi varian Delta," katanya.
Pendiri dan CEO Madeinindonesia.com Ilyas Bhat, yang juga bicara dalam seminar itu menegaskan pentingnya digital disruption (disrupsi digital) yang lebih progresif untuk memicu dan mendorong kewirausahaan dan inovasi yang dibutuhkan untuk menggerakkan mesin ekonomi.
Menurut dia, pemerintah harus mengambil peran utama dalam memperkuat dan meningkatkan konektifitas digital demi memastikan ekonomi digital bermanfaat bagi semua dan menghubungkan mereka yang selama ini tak terhubung.
"Pemerintah harus mengambil langkah penting untuk mencegah diskoneksi [decoupling] ekonomi digital dari ekonomi riil untuk mencegah pertumbuhan Model K," kata Ilyas.
Ilyas membagikan pengalamannya dalam bisnis ekspor. Proses ekspor di Indonesia, menurutnya, masih sangat kompleks, tidak efisien dan primitif, didominasi perusahaan raksasa.
"Kontribusi ekspor oleh usaha kecil dan menengah (UKM) cenderung menurun dibanding decade lalu, dari sekitar 18 persen di 2005, sekarang menjadi 13 persen. Jika terus berlanjut, dikhawatirkan UKM tidak akan bisa bertahan nantinya," kata Ilyas.
Pemerintah sudah menjalankan berbagai program, namun implementasi dan realisasi di daerah masih dipertanyakan. Untuk membantu UKM memperoleh akses pasar mancanegara, akses teknologi dan akses pembiayaan, dirinya membangun startup Madeinindonesia.com yang memberikan solusi untuk ekspor.
"Kami bertekan mendemokratisasi dan menyederhanakan ekspor Indonesia secara inklusif," kata dia.
Rektor ITB Bandung Reini Wirahadikusumah mengatakan, digitalisasi merupakan proses evolusioner yang perlu didukung dengan kemampuan computation, learning dan decision making.
Digital connectivity perlu dibangun serentak dengan real connectivity, melalui multiple teknologi, institusi dan budaya, tambahnya.