Jika Anda ke Yogyakarta jangan hanya berhenti di Malioboro atau Keraton Yogyakarta. Cobalah singgah ke Pentingsari, sebuah dusun yang ada di Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
Pentingsari terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM). Letaknya kurang lebih 22,5 km dari pusat Kota Yogyakarta. Di sini Anda akan menemukan suasana lain, suasana pedesaan yang masih kental memegang teguh adat istiadat, tradisi, dan budaya.
Kegigihan warga mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal itu tak lepas dari tangan Doto Yogantoro. Pada 1990-an, Pentingsari mendapat predikat dusun miskin dengan pendapatan masyarakat yang relatif rendah. Padahal, potensi alam wilayah ini besar dengan luas 103 hektare dengan komposisi lahan pekarangan, perkebunan, sawah, ladang, dan daerah aliran sungai. Kendalanya, kondisi wilayah cukup terpencil karena aksesnya belum memadai.
Menyadari hanya potensi itu, Doto mencoba mencari potensi lain yang bisa dijual agar punya dampak ekonomi dan lingkungan bagi desanya. Mereka mencoba mencari keunikan yang dipunyai. Dan mereka menemukan.
"Bagaimana kegiatan masyarakat bisa kita kemas, bisa kita tampilkan, dan diapresiasi oleh orang luar atau wisatawan, dan akhirnya memberikan dampak baik ekonomi maupun lingkungan," kata Doto saat menjadi narasumber dalam webinar yang digagas TelusuRI dan Kok Bisa bertema "Ngobrol Bareng: Menggali Potensi Desa untuk Mendukung Pariwisata Berkelanjutan", Rabu (23/9/2020).
Akhirnya pada 2008, Doto dan warga sepakat untuk menjadikan aktivitas keseharian warga desa untuk menarik wisatawan. Mereka juga menyiapkan homestay bagi wisatawan yang datang.
Tak disangka, ternyata banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang datang dan tinggal di desa itu. Mereka benar-benar hidup menyatu dengan masyarakat desa. Mulai dari makan hingga beraktivitas ala orang desa.
"Dan itu sangat menarik, pengalaman yang mereka dapatkan. Dan kami dapatkan apa? Interaksi dari wisatawan yang datang," kata Doto yang pernah menjadi anggota tim percepatan pembangunan wisata pedesaan dan perkotaan Kementerian Pariwisata RI pada 2017-2019 ini.
Menurut Doto, pendekatan desa wisata dipilih karena ia merasa pariwisata bisa menjadi cara untuk melibatkan seluruh komponen masyarakat. Ada yang menyediakan homestay, memasak, menjadi guide, menjadi pelatih outbound, memberi pelatihan tari, karawitan, atau membuat wayang suket. "Dengan bergerak bersama, mereka menjadi pelaku, bukan hanya penonton atau bahkan obyek,” ujar Doto seperti dinukil Kompas.id
Dengan cara itu, Doto berharap ada kesadaran masyarakat untuk tetap merawat desanya.
Segala potensi desa pun dioptimalkan. Saat ini Pentingsari sudah memiliki beragam program wisata desa, seperti live in, kemah, trekking, atau out bound. Wisatawan juga bisa mengikuti kegiatan seni/budaya (belajar gamelan, menari, membatik, membuat wayang rumput, membuat janur); perkebunan dan peternakan (pengolahan kopi, jamur, cokelat atau terlibat dalam kegiatan peternakan kambing, sapi, atau perikanan); serta pertanian (membajak sawah, menanam dan memanen padi, atau mengenal bagaimana merawat tanaman herbal).
"Melalui desa wisata kami mampu memberikan efek yang luar biasa bagi masyarakat, karena dengan desa wisata akan dapat mengakomodasi semua komponen dan bisa meningkat ekonomi masyarakat,” kata Doto seperti dilansir krjogja.com.
Menurut Doto, dari 1.255 kepala keluarga (KK) pada tahun 2008 omzetnya mencapai 30 juta per tahun. Namun setelah dilakukan pengembangan dan pelatihan, pada tahun berikutnya omzetnya meningkat menjadi Rp 250 juta.
Pada tahun 2011 hingga 2014 banyak perusahaan yang melakukan pembinaan dan pelatihan. Hasilnya, omzetnya melonjak hingga Rp 1 miliar per tahun atau kurang lebih Rp 100 juta per bulan. Pada 2015 hingga 2017, omzetnya kembali meningkat menjadi Rp 2,5 miliar per tahun atau sekitar Rp 200 juta per bulan.
Hingga 2018, Pentingsari memiliki 55 homestay atau 150 kamar. Tarifnya berkisar Rp 120 ribu per malam/orang dengan tiga kali makan.
Berkat kegigihannya mengelola desa wisata berbasis lingkungan dan ekonomi berkelanjutan ini, desa ini pernah mendapat penghargaan dari Indonesia Suistainable Tourism Awards (ISTA) 2017 dalam kategori ekonomi.
Pada 2019, Pentingsari bersama tiga desa lainnya juga pernah masuk 100 Top destinasi pariwisata berkelanjutan di dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD) 2019.
Mengutip Kompas.com, hanya ada empat desa di Indonesia yang masuk penghargaan tersebut, yaitu Desa Pemuteran (Bali), Desa Penglipuran (Bali), Desa Wisata Nglanggeran (Yogyakarta), dan Desa Wisata Pentingsari (Yogyakarta).
Impian Doto dan masyarakat Pentingsari keluar dari kemiskinan pun terwujud. Bahkan nama Pentingsari kini sudah mendunia. (FJR)