BUMDes Au Wula Desa Detusoko Barat, Kecamatan Detusoko, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur masuk nominasi 10 besar BUMDes terbaik nasional 2020.
Lomba pengelolaan BUMDes ini diadakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Maret lalu.
Desa Detusoko Barat merupakan satu dari 24 desa dan kelurahan yang ada di kecamatan Detusoko. Desa ini merupakan penyangga Taman Nasional Kelimutu.
Desa Detusoko Barat terletak di bawah Kaki Gunung Kelimutu, 33 Kilometer dari arah Ende menuju Maumere. Letaknya strategis karena tepat di tengah jalur utama Trans Flores, dan menjadi jalur keluar masuk wisatawan dari dan menuju Danau Kelimutu.
Posisinya yang strategis itu tak ingin disia-siakan begitu saja. Sejumlah anak muda dipimpin Ferdinandus Watu (34 tahun) mencoba mengelolanya.
Ferdinandus yang juga menjabat Kepala Desa Detusoko Barat mengatakan, sebanyak 91 ribu wisatawan mengunjungi Kelimutu tiap tahun. Setiap wisatawan yang menuju Kelimutu pasti akan melewati Detusoko. Ferdinandus mencoba menangkap peluang itu. Ia kemudian mengembangkan konsep eco-tourism.
"Potensi pasar ini perlu disikapi oleh desa-desa penyangga. Karena itu kami belajar bagaimana produk-produk lokal diolah, bagaimana label dan branding dari sebuah produk dikemas dengan standar premium atau internasional," ujar Nando, sapaan akrabnya seperti dilansir Liputan6.com.
Nando kemudian menjadikan pariwisata dan perdagangan menjadi unit usaha BUMDes Detusoko Barat. Usaha Nando membuahkan hasil. Di unit pariwisata, Nando mengembangkan wisata berbasis masyarakat dengan konsep ekowisata yang menyajikan keunikan seperti alam, budaya dan juga manusianya.
Para wisatawan yang datang tak hanya diajak menikmati keindahan tapi juga diajak terlibat. Mereka diajak bercocok tanam, mengolah kopi, dan lainnya. Jadilah Decotourism atau Detusoko Eco-tourism ini ngetop.
"Wisatawan kami ajak juga untuk ikut menikmati atraksi wisata. Dengan begitu ada pengalaman unik yang langsung dialami, dirasakan ketika ada bersama masyarakat," kata Nando.
Tak hanya itu, Nando pada 2018 mengajak masyarakat mengembangkan homestay. Awalnya hanya lima homestay. Lama-lama berkembang. "Kini sudah ada 17 homestay," kata Nando.
Tarif menginap di homestay tergolong murah. Hanya Rp 150 ribu permalam, termasuk makan dan minum. Tercatat sudah ada 1.120 wisatawan yang menginap di homestay itu.
Di unit perdagangan, desa ini mengembangkan Bumdesmart.id. Di sini aneka produk lokal dijual. Ada Kopi Detusoko, selai kacang, selai lemon, beras hitam.
Tak berhenti di situ, saat pandemi Covid-19, Nando mengembangkan konsep 'Dapur Kita'. Konsep ini muncul tak lepas dari pandemi Covid-19 yang melumpukan hampir semua aktivitas masyarakat.
"Para petani kesulitan memasarkan produk mereka, tidak mau jual ke mana, karena pasar ditutup. Kita akhirnya mencari solusi untuk menjualnya secara online,” ujar Nando seperti dilansir aminef.or.id.
Alumni Miami Dade College Florida Amerika Serikat ini mengatakan, awalnya mereka menjual produk petani lewat facebook. Bekerjasama dengan tim relawan Covid-19 Keuskupan Agung Ende, mereka menyiapkan template sebagai market place produk petani.
Konsep ini mendapat respons postif Kementerian Desa. Mereka kemudian mengembangkan template dapurkita.bumdesmart.id, sebuah market place lokal seperti shopee, lazada, berbasis online. "Tapi konsepnya kita bisa menjual sayur-sayuran berbasis WhatsApp store,” ujar Nando.
Namun untuk sementara, pasar dibuka dua kali seminggu yakni pada hari Rabu dan Sabtu.
Untuk pasokan sayur-mayur, mereka bekerjasama dengan 60 petanu yang ada di 8 desa lain yang ada di 3 kecamatan. Sedabfjab untuk pengantaran barang, mereka memberdayakan ojek setempat.
Mengutip radarntt.co, BUMDes Au Wula memiliki beberapa produk uggulan, antara lain:
1. Kopi Detusoko
Kopi Detusoko khusus untuk kopi Robusta yang tumbuh di atas permukaan tanah Vulkanik karena berada di bawah Kaki Gunung Kelimutu, diolah dengan aneka teknik, full Washed, Honey, Natural dan Wine Proses dengan Kemasan Premium.
2. Gelang Kopi Detusoko
Gelang kopi beraroma khas kopi Detusoko, “fruty notes” gelang kopi diambil dari biji kopi pilihan, diolah dengan teknik honey proses dan wine proses serta medium roast sehingga membuat aroma khas, menghilangkan bau badan dan rasa stress.
3. Parfum Kopi Detusoko
Parfum ini digunakan sebagai pengharum ruangan maupun mobil, penyerap bau tak sedap, bagus untuk digunakan dalam ruangan atau dalam kendaraan.
4. Homestay: Detusoko Ecotourism
Penginapan memanfatkan salah satu kamar rumah penduduk dengan harga satu malam Rp 150.000 sudah termasuk makan 3 kali. Menu sajian lokal. Dalam 2 tahun terakhir tercatat ada 1.120 wisatawan lokal dan dan luar negeri yang mampir ke Detusoko.
5. Beras Hitam Organik Detusoko
Padi hitam organik, spesial khas padi lokal “Pare banga Laka” sangat beraroma, hitam, dan produk organik.
Beras hitam organik sangat digemari wisatawan dan warga kelas menengah ke atas di kota Ende dan Maumere.
6. Dapur Kita: Pasar Online Desa
Menjual sayur mayur dan produk hortikuktura lainnya selama pandemi. Pasar ini berbasis digital market place. (FJR)