Indonesia adalah pengekspor minyak sawit mentah terbesar di dunia. Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), hingga akhir 2019, total produksi minyak sawit mentah alias CPO Indonesia mencapai 47,18 juta metrik ton. Luas kebun sawit di Indonesia diperkirakan mencapai 14,23 juta hektare. Kebun yang amat luas dan produksi CPO yang amat besar ini menempatkan Indonesia sebagai penguasa utama pasar CPO global.
Karena lokasi kebun-kebun sawit itu tersebar di berbagai provinsi, terutama di pulau Sumatera dan Kalimantan, tentu sangat banyak pula desa-desa yang sebagian wilayahnya didominasi kebun sawit. Salah satu desa yang sebagian wilayahnya berupa perkebunan sawit adalah Desa Amin Jaya.
Amin Jaya adalah desa yang tadinya merupakan area tujuan transmigrasi. Area ini mulai dibuka tahun 1982 hingga 1984, di era Orde Baru, ketika program transmigrasi memang dilakukan sangat gencar. Pembukaan lahan dikerjakan oleh kontraktor, PT Amin Jaya.
Nama perusahaan kontraktor inilah yang kemudian dipakai untuk menyebut wilayah yang baru dibuka itu, yang kemudian berkembang menjadi desa mandiri dengan nama Desa Amin Jaya. Lokasinya berada di Kecamatan Pangkalan Banteng, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah.
Sebagian besar wilayah Desa Amin Jaya berupa kebun sawit. Dari wilayahnya yang seluas 16.587 hektare, luas kebun sawit dan area industri pengolah sawit mencapai 12.387 hektare. Luas lahan pemukiman warga hanya 142 hektare. Sedangkan ladang milik warga seluas 1.828 hektare.
Karena wilayah Desa Amin Jaya didominasi perkebunan sawit, jelas bahwa itulah salah satu potensi desa yang utama. Di Desa Amin Jaya terdapat tiga perusahaan swasta pengolah sawit, yakni PT Indotruba Tengah, PT WSSL, dan PT BJAP. Sebagian besar warga Desa Amin Jaya bekerja sebagai karyawan di tiga perusahaan itu.
Data tahun 2017 yang dimiliki Kantor Desa Amin Jaya menyebutkan, dari jumlah penduduknya yang sebanyak 8.417 jiwa, karyawan perusahaan swasta mencapai 2.010 jiwa. Mata pencaharian terbanyak berikutnya adalah petani (472 jiwa), wiraswasta (349 jiwa), lalu buruh tani (273 jiwa). Pegawai Negeri Sipil hanya 34 jiwa.
Industri sawit dengan demikian sangat dominan di Desa Amin Jaya. Walaupun ada pula tanaman industri lain yang dikembangkan warga, yakni perkebunan karet, sebagian besar petani Desa Amin Jaya jelas bertanam sawit. Hasil budidaya mereka tinggal dijual ke perusahaan pengolah sawit yang ada di desa itu pula.
Problem para petani di mana-mana, sejak dulu hingga kini, hampir sama saja, yakni para tengkulak. Para petani umumnya tak kuasa menetapkan harga sendiri atas hasil budidaya mereka. Para tengkulak yang menentukan harga karena menguasai jalur pemasaran. Masalahnya, harga itu kerap dipatok semaunya sehingga merugikan petani.
Untuk melindungi para petani inilah, pada 1 Maret 2014, Pemerintah Desa Amin Jaya mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang diberi nama Karya Jaya Abadi (KJA). Profil BUMDes KJA, yang ditampilkan di situs web Desa Amin Jaya, aminjaya.desa.id, menyebutkan bahwa tujuan pembentukan BUMDes adalah untuk meningkatkan kemampuan keuangan Pemerintah Desa dan Pendapatan Asli Desa, serta memfasilitasi kegiatan perekonomian masyarakat melalui berbagai kegiatan usaha.
Kegiatan usaha BUMDes KJA yang utama adalah jual-beli buah sawit atau yang oleh masyarakat lokal lebih dikenal dengan sebutan TBS (tandan buah segar). Untuk melindungi petani dari jeratan para tengkulak, BUMDes melakukan kontrak usaha dengan perusahaan pengolah sawit yang ada di sekitar desa sehingga petani bisa menjual hasilnya langsung ke pabrik. Bukti pengiriman sawit, yang biasa disebut replas, ditukarkan dengan uang tunai di BUMDes. Perusahaan sawit, pada gilirannya nanti, akan mengirim pembayaran ke BUMDes melalui transfer bank.
Cara ini memudahkan transaksi karena perusahaan sawit cukup berhubungan dengan satu pihak saja, yakni BUMDes, yang bertindak sebagai perantara bagi para petani. Pembukuan transaksi juga dilakukan para staf BUMDes secara profesional, terkomputerisasi, sehingga meminimalkan risiko berkas-berkas terselip atau hilang.
Selain jual-beli TBS, BUMDes KJA juga menjalankan usaha produksi paving block. Dibentuknya unit usaha ini didasari pertimbangan bahwa kebutuhan perbaikan infrastruktur di desa terus meningkat, tak hanya di Desa Amin Jaya namun juga di desa-desa lain. Produk yang terkait dengan perbaikan infrastruktur dengan demikian akan terserap pasar, sekurang-kurangnya untuk memenuhi kebutuhan di Desa Amin Jaya sendiri. Selain itu, usaha pembuatan paving block juga bersifat padat karya, menyerap banyak tenaga kerja.
Supaya tidak kalah bersaing dengan produk sejenis yang sudah ada di pasaran, paving block buatan BUMDes KJA memiliki keunggulan tersendiri. Paving block BUMDes KJA memakai bahan baku berupa serbuk batu. Kualitasnya lebih baik, lebih kuat menahan beban, kendati harga jualnya juga sedikit lebih mahal.
Mengapa paving block buatan BUMDes KJA harus mementingkan kekuatan? Sebab, jalan-jalan di Desa Amin Jaya dan sekitarnya yang dipasangi paving block sangat mungkin akan sering dilintasi truk-truk pengangkut buah sawit. Paving block harus berkualitas, kuat menahan beban yang berat. Paving block biasa, yang terbuat dari pasir murni, umumnya hanya mampu menahan beban di bawah 5 ton. Sementara, paving block buatan BUMDes KJA berbahan serbuk batu sehingga mampu menahan beban hingga 15 ton berdasarkan hasil uji laboratorium Dinas PU.
Unit usaha BUMDes KJA lainnya adalah perawatan jalan kebun. Pabrik pengolah sawit dan kebun budidaya sawit merupakan satu mata rantai yang harus terhubung dengan baik melalui transportasi yang lancar. Persoalannya, truk-truk pengangkut sawit membawa beban yang berat sehingga menyebabkan kerusakan jalan-jalan penghubung di dalam area kebun, terutama di musim hujan. Ini tentu akan menghambat kelancaran transportasi.
Atas inisiatif bersama antara pemerintah desa dan petani pemilik kebun, para petani menyerahkan pengelolaan jalan di lahannya kepada BUMDes. Para petani berkewajiban menyetor biaya perawatan jalan kepada BUMDes sesuai luasan kebunnya. Dengan adanya unit usaha pengelolaan jalan kebun ini, transportasi hasil budidaya petani menjadi lebih lancar. Para petani tidak harus memikirkan sendiri kerusakan jalan kebun mereka karena sudah dikelola oleh BUMDes. Petani untung, BUMDes pun untung.
Tak hanya jual-beli sawit, produksi paving block, dan perawatan jalan kebun, BUMDes KJA juga mengembangkan usaha konveksi. Unit usaha ini antara lain memproduksi baju dinas, baju batik, kaus olah raga, jasa sablon, dll. Unit konveksi menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga, organisasi, komunitas, dan perusahaan agar berbagai pihak itu bersedia memesan produk konveksi ke BUMDes KJA.
Dalam sebuah tayangan di YouTube, Kepala Desa Amin Jaya, Sigit Imam Mulya, menyebutkan bahwa unit-unit usaha BUMDes KJA, terutama jual-beli TBS, mampu menghasilkan omzet ratusan juta setiap bulannya sehingga pemerintah desa memberikan dukungan penuh.
“Dukungan kami dari pemerintah desa untuk BUMDes itu sendiri, dari awal pembentukan sampai saat ini, yang sudah kami lakukan adalah monitoring, evaluasi, dan memberikan penyertaan modal setiap tahun kepada BUMDes untuk dapat mengelola unit-unit usaha yang memerlukan modal cukup besar. Salah satunya, pembuatan paving block dan unit usaha jual-beli tandan buah segar, yang itu besar sekali omzetnya. Kalau dihitung, dalam satu bulan omzet dari unit usaha jual beli TBS sekitar Rp 500 juta,” papar Kades Amin jaya.
Keberhasilan Desa Amin jaya dalam mengelola unit-unit usaha BUMDes mengantarkan lembaga usaha milik desa ini sebagai BUMDes paling kreatif tingkat nasional. Penghargaan ini diterima Desa Amin Jaya dalam kesempatan Rembuk Desa Nasional tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa PDTT di Jakarta.
Sejak saat itu, sudah tak terhitung jumlah kunjungan berbagai desa lain ke Desa Amin Jaya untuk melakukan studi banding dan belajar mengelola BUMDes, meski di lain pihak, para pengurus BUMDes KJA sendiri mengaku masih sangat banyak kelemahan yang perlu dibenahi pada BUMDes yang mereka kelola. (SJ)