Bagi Anda yang suka wisata sejarah, datanglah ke Desa Ngreco. Desa ini berada di Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar. Jaraknya kurang lebih 41 km dari ibu kota Kabupaten Blitar.

Di Ngreco, Anda bisa melihat situs. Namanya situs Ngreco. Letaknya di pinggir jalan utama Blitar–Malang. Situs Ngreco (Reco=Arca) terdiri dari sebuah arca tokoh, empat buah lingga, dan sebuah yoni.

Yoni merupakan komponen peribadatan umat Hindu yang menggambarkan perwujudan Dewi Parwati, istri dari Dewa Siwa.

Mengutip ngreco.blitarku.com, arca di situs Ngreco ini sedikit aneh. Bagian badan dan kepalanya seperti bukan satu kesatuan. Yoni yang ada di situs ini juga cukup unik. Bagian ceratnya terdapat ornamen yang indah. Biasanya yoni berbentuk persegi, bercerat, disertai lubang di tengah, dan tanpa ornamen. Lubang ini merupakan tempat lingga sebagai perwujudan Dewa Siwa.

Lingga biasanya memiliki bagian atas berbentuk segi enam dan bagian bawah berbentuk persegi. Lingga yang menancap pada lubang yoni melambangkan persatuan antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati.

Meskipun demikian, tidak semua lingga adalah pasangan dari yoni. Ada lingga patok yang berfungsi sebagai pembatas kosmis suatu tempat suci. Di sini ada empat buah lingga. Bisa jadi lingga-lingga tersebut adalah lingga patok.

Legenda Dewi Sekar Arum
Menurut legenda, dulunya desa ini hutan lebat. Hutan ini dulu pernah dilewati oleh Raja Singasari dan rombongan putri dari Kerajaan Kediri.

Alkisah, Raja Adiwijaya Kediri yang dikenal sakti kala itu membuat sayembara. Ia menantang siapa saja yang bisa mengalahkan dirinya akan diberi hadiah. Jika yang mengalahkan seorang putri, maka putri itu akan dijadikan anaknya. Namun jika yang mengalahkan seorang laki-laki, orang itu akan dikawinkan dengan putrinya yang bernama Dewi Sekar Arum Kemuning.

Banyak pangeran dan raja datang mengikuti sayembara itu. Namun tak satupun yang berhasil mengalahkan kesaktian sang raja. Terakhir datanglah raja dari Singasari. Keduanya adu kesaktian. Raja Adiwijaya kalah.

Sesuai janjinya, ia harus menyerahkan putrinya untuk yang bisa mengalahkannya. Sang raja akhirnya bilang ke putrinya untuk diberikan kepada Raja Singasari. Dewi Sekar menangis. Ia menolak kehendak ayahnya itu. Namun ayahnya memaksa karena ia sudah berjanji.

Dengan terpaksa akhirnya Dewi Sekar menuruti kehendak ayahnya. Keesokan harinya, Dewi Sekar di bawa Raja Singasari ke kerajaannya dengan dikawal prajurit dari Kediri yang dipimpin Patih Jenawa.

Menuju Singasari, rombongan melewati hutan yang lebat. Di tengah hutan itu, Dewi minta Patih Jenawa berhenti karena ia ingin buang air kecil.

Patih Jenawa berniat mengantarkan Dewi mencari tempat namun ditolak. Rupanya, itu hanya siasat Dewi untuk bisa menghindar menikah dengan Raja Singasari. Di hutan itu, ia melarikan diri.

Patih Jenawa dan Raja Singasari yang menunggu resah karena Dewi tak pulang-pulang. Mereka pun mencari jejak Dewi. Dewi yang sudah melarikan diri mendengar ada orang yang memanggil-manggil namanya. Ia pun mempercepat larinya.

Tanpa disadari, karena terlalu kencang, ia menabrak sebuah patung. Dewi terpental dan meninggal seketika di hutan itu.

Raja Singasari dan Patih Jenawa yang mencari akhirnya menemukan jejak Dewi. Mereka kaget saat melihat Dewi terkapar di tanah dan sudah tak bernyawa.

Saat itu juga mereka mengubur jenazah Dewi di dekat reco (patung batu) yang ditabrak Dewi.

Merasa bersalah, Patih Jenawa bilang ke Raja Singasari kalau dia tak akan kembali ke Kediri. Ia berniat tinggal di hutan itu bersama prajuritnya. Akhirnya Raja Singasari pulang.

Beberapa waktu ketika mereka tinggal di hutan itu, datang seorang laki-laki tua. Mereka kaget ada rombongan orang yang ada di hutan itu. Laki-laki bernama Mbah Sumejo ini bertanya siapa mereka. Patih Jenawa menjelaskan peristiwa yang menimpanya.

Mbah Sumejo menjelaskan kepada Patih Jenawa bahwa dirinya datang ke hutan memang berniat membabat hutan untuk dijadikan tempat tinggal.

Karena di situ ada reco dan ada makam putri raja, Mbah Sumejo meminta izin kepada Patih Jenawa untuk menemai tempat itu dengan nama Ngreco.

Makam Dewi Sekar ini kini dikenal dengan nama pesarean Nyai Randha Kuning.