Acara inti Konges Kebudayaan Desa (KKD), yakni rangkaian panjang webinar yang akan berlangsung selama bulan Juli ini, telah dibuka pagi ini, pukul 09.00 WIB, 1 Juli 2020.
Acara ini disiarkan secara daring, dapat diikuti melalui kanal Youtube Kongres Kebudayaan Desa. Sesi-sesi pilihan juga dapat diikuti melalui Facebook fans page KataDesa.id.
Hadir mengawali acara pembukaan KKD dan menyampaikan sambutannya adalah Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi.
Wahyudi adalah penggagas utama KKD, sebuah upaya komprehensif untuk merumuskan tatanan baru di dalam kenormalan baru akibat pandemi Covid-19. Tatanan baru ini diupayakan berangkat dari, dan memanfaatkan, khazanah kekayaan kultural desa.
Kongres ini mempertemukan banyak kalangan dan menjadi muara bagi berbagai gagasan, mulai dari warga desa, masyarakat adat, akademisi, budayawan, perangkat desa, hingga pejabat pemerintah.
Menurut Wahyudi, sebagaimana ia sampaikan dalam sambutannya, kenormalan baru akibat pandemi ini tidak cukup jika hanya dimaknai secara teknis, seperti memakai masker, cuci tangan, dan menjaga jarak fisik. Sangat diperlukan pemaknaan yang lebih substantif, yakni merancang ulang tatanan kehidupan baru dalam berdesa, berbangsa, dan bernegara.
Bagi Wahyudi, desa adalah titik tolak upaya itu, sebab desa adalah kanal pertahanan terakhir bagi bangsa dan negara dalam menghadapi krisis.
"Ketangguhan desa bukan hanya karena desa memiliki air bersih, udara bersih, makanan sehat, yang ketiganya merupakan komoditas strategis dunia, namun desa juga memiliki pranata sosial berupa agama dan kebudayaan, di mana agama tidak hanya berhenti sebagai ritus dan kebudayaan pun bukan hanya tampil sebagai ekspresi. Keduanya hadir sebagai basis nilai kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Basis nilai yang mengatur relasi manusia dengan manusia, dengan alam, dan dengan kehidupannya," papar Kades Wahyudi.
Wahyudi juga menguraikan bahwa di desa, kekeluargaan, kerjasama, dan musyawarah merupakan basis nilai bagi relasi-relasi sosial, ekonomi, dan politik. Nilai-nilai yang masih tegak inilah yang menyebabkan desa merupakan tempat berlindung paling aman di saat semua institusi sosial formal dinihilkan perannnya oleh Covid 19.
Desa adalah sandaran hidup terakhir di saat kota dengan segala atribut ekonominya tumbang.
"Itu semua adalah makna operatif dari gotong-royong, pranata sosial yang lahir dari alam pikiran Nusantara. Alam pikiran desa," kata Wahyudi. "Desa adalah ibu bumi sebagai tempat kembali dan berbagi, maka penghormatan negara atas desa akan menjadi prasyarat kunci memenangkan tantangan masa depan," tambahnya.
Selain Kades Panggungharjo, sambutan juga disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang diwakili oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X. Usai sambutan Sultan, tampil pula dalam acara pembukaan ini Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyakarat, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Giri Suprapdiono.
Giri menyampaikan presentasi yang menarik, yang ia beri judul "Melawan Korupsi Dari Desa". Komisioner KPK ini antara lain menguraikan bahwa budaya pengorbanan dan kerukunan kini mulai tergusur oleh budaya "wani piro". Ini merupakan penyakit orang kota yang menjangkiti orang desa.
Penyakit materialisme orang kota yang menular ke desa. Oleh sebab itu, sangat perlu kembali ke nilai-nilai budaya desa yang menanamkan kejujuran dan kesederhanaan
Tampil selanjutnya dan menyampaikan sambutan adalah Menteri Desa dan PDTT, Abdul Halim Iskandar. Sambutan Menteri ini sekaligus menjadi penanda pembukaan resmi rangkaian webinar KKD.
Dalam sambutannya, Menteri Desa dan PDTT berharap agar kongres ini mampu mengidentifikasi nalar kebudayaan masyarakat desa seperti gotong-royong, saling peduli, dll.
Selain itu, kongres ini juga perlu merumuskan nalar kebudayaan baru yang unik dan otentik, karena desa punya model dan modul pendekatan yang khas, problem solving yang khas desa. Semua itu nanti akan dimanfaatkan untuk merancang ulang kebijakan yang adaptif di tengah tatanan kehidupan baru pasca-pandemi Covid-19.
Acara pembukaan webinar yang padat ini kemudian juga menghadirkan Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hilmar didapuk untuk menyampaikan Pidato Kebudayaan.
Dalam pidatonya, Hilmar menyampaikan rasa gembiranya bahwa dalam kongres ini kebudayaan tidak dimaknai nsecara sempit, yakni hanya sebagai kesenian, namun dimaknai secara luas sebagai cara hidup, cara berpikir, kebiasaan, dan ritual.
Hilmar kemudian menyampaikan pentingnya peran desa dan kearifan lokal untuk merancang tata kehidupan baru yang tak akan kembali seperti semula pasca-pandemi.
"Covid membuka kelemahan tatanan kita selama ini. Membuka kesadaran baru bahwa tidak mungkin melanjutkan hidup dengan tatanan lama," ungkap Hilmar Farid.
Mengutip pemikir sekaligus pebisnis Inggris, Shanu Hinduja, Hilmar menekankan pentingnya revolusi perdesaan sebagai landasan tatanan masa depan.
"Bagaimana caranya? Belum tahu. Yang bisa dipastikan, titik tolaknya adalah desa. Asal mula pengelompokan masyarakat adalah desa. Ketika membangun masyarakat modern, desa ditinggalkan. Covid mengingatkan kita untuk kembali ke asal-usul," urai Dirjen Kebudayaan ini.
Usai Pidato Kebudayaan disampaikan, dimulailah sesi webinar pertama pada hari pertama KKD kali ini. Sesi webinar pertama ini dipandu oleh moderator FX Rudy Gunawan, pendiri KataDesa,id.
Tampil menyampaikan pemikirannya dalam sesi pertama ini antara lain Budie Arie Setiadi (Wakil Menteri Desa PDTT), Garin Nugroho (Budayawan), Prof. Dr. Melani Budianta (Guru Besar UI), Laode M. Syarif, Ph. D. (Direktur Eksekutif Kemitraan), Dr. Muhammad Faisal (Pendiri Youth Laboratory Indonesia), dan Wahyudi Anggoro Hadi (Kepala Desa Panggungharjo). (SJ)