Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Gua Bau di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, berhasil menyabet juara pertama Lomba Desa Wisata Nusantara 2019, sebagai Desa Wisata Kategori Maju.
Prestasi itu diraih lantaran lembaga ekonomi desa tersebut sukses mendorong peningkatan perekonomian masyarakat desa. Ekonomi masyarakat bergeliat lantaran salah satu unit usahanya mengelola wisata body rafting dan membina beberapa sektor penunjang wisata di objek wisata Cukang Taneuh atau Green Canyon.
Ketua BUMDes Gua Bau, Teten Sutanto menyebutkan, omset per bulan dari objek wisata mencapai Rp 300 juta dan menyumbang Pendapatan Asli Desa (PADes) hingga Rp 100 juta.
Lembaga ekonomi desa itu juga mampu menyerap 150 orang warganya. Setiap bulannya objek wisata yang berada sekitar 31 kilometer dari Pangandaran itu dikunjungi 1.500 hingga 2.000 pengunjung asal Bandung, Jakarta, dan manca negara.
"Warga juga menyediakan tempat menginap bagi pengunjung sebagai sarana penunjang wisata. Rumah warga dijadikan home stay dengan tarif Rp 500 ribu per malam," ujar Teten kepada katadesa.id, Kamis (25/6/2020).
Tak hanya itu, masyarakat yang memiliki keahlian di bidang kerajinan tangan juga diberi kesempatan memproduksi cindera mata berupa gantungan kunci ‘kelotok kebo’, gantungan kuncil golok mini hingga kerajinan berbahan dasar anyaman.
Ke depannya, kata Teten, pihaknya berencana melaksanakan proses pembangunan kawasan bumi perkemahan dan memanfaatkan potensi pupuk organik dari kotoran hewan penghuni Gua Bau. "Kotoran kelelawar itu bagus sekali untuk kesuburan tanaman, itu akan kami manfaatkan," katanya.
Lembaga ekonomi desa yang dipimpinnya sebut Teten, berdiri tahun 2012. Pengelolaan Gua Bau, Green Canyon, dan Body Rafting dilaksanakan secara gotong royong dengan tekad mengoptimalkan potensi keindahan alam yang dimiliki desanya.
"Objek (wisata) Green Canyon ini sudah dibuka dari tahun 1993. Modalnya swadaya masyarakat, penataannya dilakukan dengan cara gotong royong,” kata Teten.
Lalu, para tahun 2012, obyek wisata tersebut dikelola karang taruna. Akhirnya, pada 2013 pengelolaan diambil alih BUMDes. Akhir tahun lalu, meraih juara 1 Lomba Desa Wisata Nusantara 2019, sebagai Desa Wisata Kategori Maju.
"Ikut acara itu niatnya (hanya) promosi agar lebih dikenal. Eh, malah juara," ungkap Teten tersenyum.
Setiap tahun pendapatan BUMDes yang dikelolanya terus meningkat, hingga mampu membuka unit usaha lain. Unit usaha lain di antaranya body rafting, kios desa, warung BUMDes, penyewaan perahu, took alat tulis dan foto copy, serta layanan perbankan.
Sebagian besar masyarakat yang hanya mengantongi ijazah sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas memilih bekerja di BUMDes daripada pergi ke luar daerah.
“Kalau yang (berpendidikan) perguruan tinggi memang banyaknya mengejar karir ke luar daerah,” tandasnya.
Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Pangandaran, Wawan Kustaman menyebutkan, di daerahnya hanya ada 10 kecamatan yang terdiri dari 93 desa. Terdapat 84 BUMDes yang aktif dengan beragam unit usaha.
“Dari 93 desa, 84 aktif BUMDes-nya. Sisanya masih berproses. Unit usaha yang digarap juga disesuaikan dengan potensi desa masing-masing. Pangandaran ini bukan hanya pesisir, ada juga pedesaan, dan pegunungan,” katanya.
Ia mencontohkan, Desa Pangkalan di Kecamatan Langkaplancar BUMDes di sana memiliki unit usaha ‘desa mart’, minimarket yang menjual kebutuhan warga. “Tentunya yang dijual tidak menyaingi warung-warung kecil milik warga sekitar,” tandasnya.
Menilik data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT) pada 2018 BUMDes mampu menyerap tenaga kerja hingga 1,07 juta orang. Tercatat omset hingga Rp 1,16 triliun per tahun dengan laba bersih Rp 1,21 miliar per tahunnya.
Sejak diluncurkan 2015 hingga 2019, pemerintah telah menggelontorkan anggaran Rp 257,7 triliun. Hasilnya, dari 74.954 desa di Indonesia, terjadi pergerakan ekonomi di 39.226 unit kegiatan BUMDes yang dibiayai Dana Desa. (Rommy Roosyana)