TA Pelayanan Sosial Dasar (PSD) P3MD Kementerian Desa PDTT Kabupeten Jember, Akhmad Fourzan Arif Hadi Prabowo mengaku pihaknya telah melakukan evaluasi penyaluran BLT Dana Desa yang sudah berjalan. Ada beberapa temuan dalam evaluasi ini.
Pertama, proses awal pendataan penerima manfaat menemui banyak kendala. Kendala itu di antaranya tak tersedianya data siapa saja warga desa yang sudah menerima jaring pengaman sosial dari pemerintah. Seperti program keluarga harapan (PKH), kartu sembako, bantuan pertanian, dan lainnya.
Namun data-data itu tidak diberikan ke desa. Data dipegang oleh dinas masing-masing. "Akhirnya banyak warga yang menerima bantuan ganda," kata pria yang akrab disapa Itong saat dihubungi Katadesa.id, Selasa (16/6).
Di Jember ada 226 desa dengan 47.479 penerima manfaat. Jumlah ini untuk penerima manfaat bulan April. Sedangkan untuk Mei, ada 186 desa yang menyalurkan kepada 34.449 kepala keluarga. Sisanya atau 40 desa masih memverifikasi ulang data KPM. Dan untuk Juni, ada 48 desa yang sudah menyalurkan kepada 8.695 KK.
Kedua, ada banyak warga yang sudah terdata oleh jaring pengaman lain namun sampai saat ini mereka tidak menerima apapun. "Tapi banyak juga penerima yang saat didata tidak jujur. Apakah mereka sudah menerima bantuan lain atau belum," ujarnya.
Ia bercerita, saat awal pendataan, para relawan desa tidak mendapat bekal yang memadai tentang siapa saja yang berhak menerima dan apa kriterianya. Apalagi, data-data tentang mereka yang sudah pernah menerima tak pernah diberika ke aparat desa. Akibatnya, timnya harus bekerja dari nol.
Dari data yang diberikan desa, timnya kemudian memverikasi. Dari verifikasi itu pihaknya menemukan ada sekitar 3000an penerima ganda. Karena sudah menerima. "Ini yang membuat kami sempat kobol-kobol," ujarnya.
Karenanya, Itong berharap pemerintah bisa menjadikan pelajaran dari pandemi ini bahwa data yang ada harus dibuka agar kerja-kerja di lapangan bisa efektif.
Masalah lain, kata Itong, dalam menyalurkan BLT DD, mayoritas desa terpaksa memberikannya secara tunai kepada penerima. Alasannya, karena kemendesakan. "Pihak bank masih menerapkan metode konvensional. Mereka tidak mau jemput bola. Memberikan kemudahan," ujarnya. (FJR)