Indonesia saat ini memiliki 233 desa digital. Ke-233 desa digital itu bisa menjadi contoh untuk pengembangan desa lain.
Desa-desa digital itu nantinya bisa menjalin kerja sama desa dengan desa lain, pihak ketiga, dan lembaga internasional.
Selain unsur kerja sama, desa digital juga ditargetkan akan tersedianya jaringan internet tetap (wifi) dan mobile (handphone) berkecepatan tinggi, informasi kondisi sosial dan ekonomi desa dapat diakses publik.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam Dialog Panel dengan tema Kolaborasi antar Sektoral untuk mendukung Kemajuan Digital menuju SDGs yang diselenggarakan The International Telecommunication Union (ITU) secara virtual, Senin lalu.
Target lain desa digital adalah tersedianya data tentang desa. Data itu bisa meliputi jumlah penduduk, potensi desa, dan lainnya.
Salah satu contoh desa digital yang bagus adalah Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Panggungharjo, saat ini tengah mengembangkan platform android pasardesa.id sebagai market place lokal. Dengan platform ini, konsumen bisa berbelanja tidak harus datang ke pasar tapi pesan melalui platform yang ada. Dengan begitu masyarakat menjaga jarak fisik di saat pandemi Covid-19 belum reda.
Omset pasardesa.id dalam 7 bulan antara 13 April-28 Oktober 2020 mencapai Rp 1,7 miliar.
Penggunaan Dana Desa
Dalam kesempatan itu Halim juga memaparkan penggunaan dana desa. Kata dia hingga 1 November 2020 sebanyak Rp 3,17 triliun dana desa dibelanjakan untuk penanganan Covid-19. Dana itu di antaranya digunakan untuk pendirian Pos Relawan Desa Lawan Covid-19 di 56.436 desa yang merekrut relawan desa sebanyak 1.880.174 orang.
Relawan inilah yang kemudian mendata jumlah pemudik ke desa sebanyak 1.044.558 orang, dan warga rentan sakit sebanyak 119.860 orang. Relawan juga mendirikan tempat isolasi di 21.292 desa, yang memiliki jumlah tempat tidur 85.168 unit, dan telah digunakan ODP 191.61 orang.
Informasi seputar Covid-19 di desa juga telah disediakan dalam Sistem informasi pembangunan desa. Hingga saat ini, sistem ini mencatat kegiatan Desa Tanggap Covid-19 sampai level nasional. Monitoring ini diikuti dengan penanganan di lapangan pada desa-desa yang membutuhkan bantuan.
Menurut Halim, sistem monitoring ini sangat efektif menangani pandemi Covid-19. Kasus suspect dan terkonfirmasi Covid-19 di seluruh desa jauh lebih rendah daripada nasional.
Penyempurnaan sistem informasi desa yang kini terpadu dengan pencapaian SDGs Desa diuji coba pada November-Desember 2020. Layanan harian pemerintah desa, Bumdes, dan laporan harian pendamping desa akan mengisi big data desa.
"Ini menghasilkan informasi terkini desa-desa di Indonesia, sekaligus rekomendasi pencapaian SDGs Desa bagi masing-masing desa di Indonesia," ujar Halim.
Menurut Halim, kerja sama antarnegara untuk pencapaian desa digital sebaiknya juga mencakup pemenuhan infrastruktur desa digital, seperti jaringan internet, komputer, telepon seluler, dan alat-alat early warning system.
"Integrasi informasi SDGs Desa antarnegara dapat disusun untuk mempercepat peningkatan pengetahuan dan akurasi kebijakan pembangunan desa berbasis partisipasi masyarakat," kata Halim.