Lima desa di Kabupaten Bantul membentuk konsorsium PT Pasar Desa Indonesia. Kelima desa itu adalah Panggungharjo, Guwosari, Ngestiharjo, Sriharjo dan Wirokerten.
Peresmian PT Pasar Desa Indonesia dilakukan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar di Desa Guwosari, Kabupaten Bantul, Yogyakarta akhir pekan lalu.
"Ini patut diapresiasi. Sebuah PT konsorsium berbasis Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan berbagai varian. Misalnya di Guwosari untuk ketahanan pangan, di Panggungharjo beda lagi," kata Halim usai peresmian.
Konsorsium pasar yang melibatkan lima desa ini, kata Halim, menjadi model yang sangat menarik. Model ini juga bisa menjadi salah satu rujukan atau acuan pembangunan desa di Indonesia.
"Nanti, kami satukan dalam satu platform sehingga semua desa di Indonesia punya referensi model pembangunan desa," kata mantan Ketua DPRD Jawa Timur ini.
Platform digital, kata Halim, sangat bermanfaat bagi desa karena bisa mempercepat peningkatan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat desa.
Di platform itu nantinya akan jadi ajang pamer produk-produk unggulan dan kreasi warga desa sehingga nyambung dengan kebutuhan desa.
Kepala Desa Panggungharjo yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pasar Desa Indonesia, Wahyudi Anggoro Hadi mengatakan, pendirian konsorsium ini dalam rangka mitigasi atau mengurangi resiko dampak ekonomi yang dirasakan warga desa. Selain itu, konsorsium ini juga dalam rangka penguatan ekonomi desa.
"Di pasardesa.id itu nanti prinsipnya akan mempertemukan barang-barang persediaan yang ada di toko atau warung yang ada di lima desa dengan sebagian warga desa lain yang masih mempunyai cukup daya beli," katanya.
Platform pasardesa.id, kata Wahyudi, telah memiliki omzet penjualan Rp 960 juta sejak 13 April lalu. Omzet tersebut berasal dari 4 ribu transaksi dengan produk sebanyak 3.800 produk dari lima desa.
Produk-produk tersebut berasal dari 157 toko atau warung yang tersebar di lima desa. (FJR)