Namanya Lamahu. Ia adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Letaknya lebih dari 90 kilometer dari ibu kota provinsi.
Desa ini dikelilingi persawahan. Untuk menjangkau pusat kantor desa harus menembus jalan kecil di antara pertengahan lahan persawahan warga.
Namun, meski jauh dari ibu kota provinsi, rupanya desa ini pandai memanfaatkan kecanggihan teknologi yang ada saat ini.
Desa ini merupakan desa digital pertama di Indonesia. Cerita pemanfaatan teknologi terinspirasi dari banyaknya laporan tindak kriminal di desa itu sebelum 2017. "Banyak warga yang melaporkan ternaknya hilang dan tindak pencurian lainnya," kata Kepala Desa Lamahu, Hasan Hasiru suatu ketika.
Dari banyaknya laporan tindak kriminal itu, ia bersama perangkat desa pada 2017 menggagas pengembangan command centre. Tak hanya untuk mengawasi tindak kriminal, di command centre ini juga bisa digunakan untuk pusat pelayanan warga lainnya. Command centre ini merupakan layanan berbasis android.
Command Centre ini menjadi pusat sistem desa digital terpadu untuk memantau aktivitas sekaligus memberikan layanan masyarakat dalam satu desa. Untuk menunjang penggunaan command centre, aparat desan memasak 32 tiang cerdas atau smart pole yang dilengkapi CCTV, Wifi, lampu otomatis, serta sensor cahaya dan gerak.
Tiang-tiang cerdas itu dipasang di sembilan titik di kawasan pinggiran desa dan 23 titik lagi di permukiman rumah warga serta lahan pertanian.
Untuk memanfaatkan fungsi command centre, masyarakat yang memiliki smartphone berbasis Android harus memiliki aplikasi Panic Button. Aplikasi ini bisa diunduh di Playstore. Setelah mengunduh, nantinya warga diminta untuk memasukkan nomor induk kependudukan.
Ada tiga jenis layanan di aplikasi Panic Button itu: layanan keamanan, kesehatan, dan pelayanan pengurusan berkas kependudukan atau keterangan surat izin.
Jika ada tindak pencurian, warga tinggal memencet tombol darurat pada aplikasi Panic Button itu. Seketika juga alarm akan berbunyi karena terintegrasi di smartphone Babinsa Babinkamtimas, aparat desa, dan kecamatan.
"Kalau pilih tombol layanan kesehatan itu berarti tandanya ada penanganan kesehatan yang segera ditangani, baik itu sakit, meninggal, atau ibu melahirkan," ujar Hasan seperti dilansir Liputan6.com.
Begitu juga jika warga ingin mengurus berkas, mereka tinggal pencet tombol layanan pengurusan berkas. Di situ nanti akan muncul data lengkap kependudukannya yang telah di-input. Data kependudukan itu muncul dengan mode tampilan meliputi nama, letak GPS, dan identitas lainnya.
""Lalu tinggal dipenuhi saja apakah warga minta dibuatkan surat keterangan atau berkas kependudukan dan surat izin usaha," ujar Hasan.
Menurut Syamsu Panna, tim ahli Command Center, dengan Command Center ini, satu kontrol akan mencakup banyak layanan kebutuhan masyarakat, di antaranya layanan E-Siskamling, internet rakyat, sampai dengan Smart Village. Sebagai tambahan, kata dia, Command Center itu juga menyediakan WiFi gratis dengan kecepatan 10 mbps untuk warga desa.
"Layanan itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan remaja yang selalu beralasan pergi keluar hanya demi ke warnet," ujar Syamsu.
Tak hanya untuk memantau tingkat kriminalitas dan pelayanan warga, demikian kompas.tv menulis, program ini juga memberdayakan masyarakat terlibat mempromosikan produk-produk desa melalui market place secara online.
Sejak adanya command center ini, dalam kurun dua tahun, angka kriminalitas di desa ini nyaris nol.
Sebagai desa percontohan nasiolan, kini desa ini banyak dikunjungi daerah lain untuk studi banding. (FJR)