Agroforestri atau wanatani adalah sistem pertanian yang inovatif. Sistem ini mengintegrasikan berbagai jenis tanaman, baik tanaman penghasil makanan pokok, sayur mayur, tanaman penghasil buah, maupun pepohonan penghasil kayu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan manfaat budidaya tanaman semaksimal mungkin, yang meliputi manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial.
Penjelasan mengenai apa itu agroforestri dan apa saja manfaatnya bagi petani, dapat dibaca di sini. Sedangkan jenis-jenis tanaman apa saja yang cocok untuk sistem agroforestri dapat disimak dalam tulisan ini.
Jika manfaat agroforestri sudah dipahami, jenis-jenis tanaman yang cocok untuk sistem ini juga sudah diketahui, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara mengatur penanamannya? Apakah penanamannya dicampur begitu saja sesuka hati, tanpa pola tertentu? Tentu saja tidak.
Pola tanam dan pengaturan lahan yang baik dalam agroforestri sangat penting untuk memastikan bahwa pohon-pohon berkayu keras dan tanaman pangan dapat tumbuh bersama secara harmonis dan saling mendukung. Untuk itu, terdapat beberapa pola tanam sesuai kondisi lahan dan kebutuhan spesifik agar agroforestri memberikan manfaat maksimal.
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut ini uraian tentang beberapa pola tanam dan pengaturan lahan yang lazim dipraktikkan dalam agroforestri.
Penanaman dalam Barisan atau Lorong
Pohon-pohon berkayu keras ditanam dalam barisan yang jaraknya teratur, dengan lorong-lorong di antara barisan tersebut. Lorong-lorong itulah yang digunakan untuk budidaya tanaman pangan.
Manfaat sistem ini adalah meminimalkan persaingan antara pohon dan tanaman pangan dalam hal sinar matahari, air, dan nutrisi. Ruang berupa lorong-lorong juga memungkinkan masuknya peralatan mekanis apabila diperlukan.
Lebar lorong perlu disesuaikan dengan tinggi pohon. Semakin tinggi pohon, semakin lebar lorong yang diperlukan agar tanaman dalam lorong tetap mendapatkan cahaya matahari.
Sistem Tumpang Sari (Multistrata)
Dalam sistem ini, tanaman ditanam pada berbagai lapisan ketinggian (kanopi atas, tengah, dan bawah) sehingga menciptakan sistem yang menyerupai hutan alami.
Manfaat sistem ini adalah memaksimalkan penggunaan ruang vertikal, meningkatkan keanekaragaman hayati, dan membantu menjaga kesuburan tanah serta kelembapan.
Pola pengaturannya, kanopi atas terdiri dari pohon-pohon berkayu keras seperti jati, mahoni, atau durian. Kanopi tengah terdiri dari pohon buah-buahan atau pohon kecil seperti mangga, kakao, atau alpukat. Kanopi bawah berupa tanaman pangan atau hortikultura seperti padi, jagung, sayuran, atau kacang-kacangan.
Contohnya, pohon jati sebagai kanopi atas, pohon kopi di bawahnya, dan tanaman jahe atau kunyit di lapisan terendah.
Sistem Sabuk Penahan
Pohon-pohon berkayu keras ditanam sejajar dengan kontur tanah untuk mengurangi erosi, sementara tanaman pangan ditanam di antara sabuk pohon.
Manfaatnya adalah untuk mencegah erosi tanah, menjaga kelembapan tanah, dan meningkatkan kesuburan tanah melalui pengomposan alami dari daun yang gugur.
Jadi, pohon-pohon ditanam dalam barisan sepanjang kontur lahan, dengan jarak antar barisan disesuaikan dengan kemiringan lahan. Sementara itu, di antara barisan pohon, ditanam tanaman pangan yang tidak memerlukan sinar matahari penuh.
Sistem Silvopastoral
Sistem ini merupakan kombinasi pohon berkayu keras dengan lahan penggembalaan ternak. Pohon memberikan naungan bagi ternak dan tanaman pakan, sementara ternak membantu menyuburkan tanah melalui kotorannya.
Manfaatnya adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan secara keseluruhan dengan menggabungkan produksi kayu, pakan ternak, dan daging dalam satu lahan.
Pola pengaturannya, pohon berkayu keras seperti akasia atau gamal ditanam dengan jarak yang cukup untuk memungkinkan pertumbuhan rumput atau tanaman pakan di bawahnya. Ternak digembalakan di antara barisan pohon tersebut. Dilakukan rotasi atau menggilir penggembalaan ternak untuk mencegah degradasi lahan.
Sistem Rotasi Tanaman dan Pohon
Tanaman pangan ditanam di lahan yang sudah dibuka, sementara pohon-pohon ditanam di lahan yang sedang dalam masa istirahat untuk memperbaiki kesuburan tanah sebelum siklus tanam berikutnya.
Manfaat sistem ini adalah untuk memperbaiki kesuburan tanah secara alami, memanfaatkan siklus regenerasi alami pohon.
Pola pengaturannya, area yang sedang tidak digunakan untuk tanaman pangan ditanami pohon berkayu keras yang bisa memperbaiki tanah. Setelah beberapa tahun, lahan tersebut digunakan kembali untuk tanaman pangan, sementara area lain masuk ke dalam masa istirahat.
Sistem Pagar Hidup
Penanaman pohon atau semak-semak sebagai pagar di sekitar lahan pertanian. Pagar hidup dapat berfungsi sebagai penahan angin, penghalang hama, dan sumber pakan ternak.
*
Di samping sejumlah metode tanam dan pengaturan lahan yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa hal lain yang perlu diperhatikan.
Jarak antara pohon dan tanaman pangan harus diatur sedemikian rupa untuk mengurangi persaingan.
Pastikan pula bahwa kebutuhan air dan nutrisi untuk pohon dan tanaman pangan dapat dipenuhi. Ini berarti, jenis pohon dengan akar yang dalam bisa ditanam berdampingan dengan tanaman pangan berakar dangkal untuk meminimalkan persaingan.
Rotasi atau menggilir jenis pohon dan tanaman juga dapat membantu menjaga kesehatan tanah dan memaksimalkan produktivitas.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip tersebut, agroforestri dapat menjadi sistem yang berkelanjutan dan produktif, yang menguntungkan baik secara ekologi maupun ekonomi bagi petani. (SJ)