Pemerintah saat ini tengah mengembangkan lima destinasi super prioritas. Lima destinasi super prioritas itu adalah Likupang, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Danau Toba.

Di kawasan Danau Toba ini ada banyak yang menarik. Salah satunya tanaman khasnya yakni andaliman (Zanthoxylum acanthopodium).

Di Indonesia, bumbu dapur yang dalam bahasa Inggris bernama Sichuan Pepper ini tumbuh liar di wilayah Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian 1.200 hingga 1.500 mdpl dengan suhu ideal 15 hingga 18 derajat Celcius. Tinggi tanamannya berkisar 3-8 m.

Ciri tanaman ini, batang hingga daunnya ditumbuhi duri. Daunnya tersebar, bertangkai, majemuk menyirip beranak daun gasal, serta mengandung kelenjar minyak. Daun yang muda berwarna hijau di bagian atas dan agak kemerahan di bagian bawah.

Bunga andaliman tumbuh di bagian ketiak, majemuk terbatas, anak payung menggarpu majemuk dan bentuknya kecil-kecil. Dasar bunga rata rata dan mengerucut yang terdiri dari 5 hingga 7 kelopak bebas.

Bunganya berwarna kuning pucat, bekelamin ganda dengan jumlah benang sari 5 sampai 6 pada dasar bunga, warna kepala sari kemarahan, serta putik berjumlah 3 sampai 4.

Buahnya kecil-kecil bergerombol, mirip lada. Karena mirip lada, di Sumatera Utara tanaman ini kerap disebut "mrica Batak."

Buah muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi merah ketika matang. Jika digigit, buah ini terasa getir dan mengeluarkan aroma atsiri sehingga merangsang pengeluaran air liur.

Rempah ini memiliki kandungan hydroxy-alpha-sanshool sehingga menimbulkan rasa getir, kelu atau kebal pada lidah.

Andaliman termasuk jenis bunga-bungaan dalam keluarga Citrus. Andaliman mengandung vitamin C dan E yang berfungsi menjaga daya tahan tubuh.

Menurut Rienoviar, peneliti dari Balai Besar Industri Agro Kementerian Perindustrian Bogor, andaliman mengandung zat antioksidan berupa alkaloid, glikosidia, tannin, fenol, dan flavoid. Tumbuhan ini bisa menjadi pengawet alami dan mampu menggantikan fungsi pengawet buatan yang lebih berbahaya bagi tubuh.

Serbuk buah andaliman juga berfungsi sebagai antimikroba yang mampu menghambat perkembangan bakteri Eschericia coli, Salmonella typhimurium, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas fluorescens.

Rempah ini juga dapat diolah menjadi minyak atsiri yang mengandung senyawa terpen bersifat antioksidan, seperti geraniol, linalool dan limonen.

Selain dikenal di Indonesia, andaliman juga populer di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan, seperti Cina, Jepang, Korea, dan India.

Di Jepang buah ini dikenal dengan nama sansho. Sedangkan di Korea disebut sebagai sanchonamu atau chopinamu.

Bagi masyarakat Batak, andaliman merupakan elemen utama dalam masakan. Masakan khas Batak Toba seperti arsik (ikan bumbu kuning), saksang (gulai daging babi), hingga mi gomak menggunakan andaliman sebagai bumbu penyedapnya. Andaliman juga kerap digunakan untuk menambah rasa pedas pada sambal.

Pegiat lingkungan Marandus Sirait menyebut, selain digunakan sebagai pelengkap bumbu dapur, andaliman saat ini juga mulai digunakan untuk pizza dan bandrek.

Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Utara Ria Novida Telambanua menyebut, andaliman bukan sekadar bumbu masakan, melainkan sebuah kekayaan alam dan aset berharga dari Tano Batak.