Salah satu desa di Banyuwangi punya wisata unik. Namanya kebun Al-Quran. Kebun Al-Qur’an ini, berlokasi di lahan Desa (tanah bengkok) Kaliploso, Kecamatan Cluring. Luasnya kurang lebih 4 hektar. Jangan Anda bayangkan ribuan Al-Quran berjajar di sebuah tempat di lahan itu.
Penamaan kebun Al-Quran ini mengacu pada jenis tanaman yang dikembangkan di lahan itu. Di lahan itu, pemerintah desa menanam jenis tanaman yang yang mayoritas tercantum dalam Al-Quran dan hadis Nabu Muhammad SAW. Ada buah tin, bidara, zaitun, kurma, anggur, delima, dan lainnya. Lainnya ada juga jagung dan kebun bunga.
Pengelola tempat wisata ini juga menyediakan banyak spot selfi dan pemandangan alam yang menawan. “Ini destinasi wisata baru di Banyuwangi bertema agro wisata dengan balutan konsep edukasi religi,” kata Kepala Desa Kaliploso Rudi Hartono.
Wisata Agro Kebun Al-Quran ini merupakan sebuah upaya masyarakat desa untuk mengemas wisata bernuansa yang dikemas dengan menyenangkan dan sederhana. “Masyarakat bisa datang berwisata sambil belajar dan membangun semangat keberagaman,” kata Rudi seperti dilansir Bisnisbanyuwangi.co.id.
Selain melihat berbagai tanaman, Ada juga bisa menikmati aneka kuliner khas masyarakat setempat. Anda pun bisa mengajak putra-putrinya untuk berenang.
Agro Wisata Kebun Al Quran (AKA) ini hanyalah satu satu kreasi desa ini. Selain AKA, sebelumnya desa ini juga membuat aneka inisiatif. Seperti Kaliploso Horty Carnival, Obrolan Jeruk Manis, festival kampung rijig dan festival kambing hias. Semua kegiatan difokuskan untuk peningkatan sektor pertanian. "Kami ingin desa kami dikenal sebagai desa wisata agro,” kata Rudi seperti dilansir Kabarbisnis.com.
Kaliploso Horty Carnival merupakan kegiatan gebyar potensi Desa dan parade hasil hortikultura. Kegiatan ini diadakan untuk publikasi dan menumbuhkan semangat pertanian hortikultura, sekaligus memantapkan kedirian Desa Kaliploso sebagai Desa hortikultura.
Sedangkan program Obrolan Jeruk Manis adalah kegiatan Gebyar Desa yang menyuguhkan hasil potensi pertanian hortikultura dalam bentuk buah, sayur bahkan hasil olahan pasca panen petani hortikultura desa.
Penamaan Jeruk Manis ini mengacu pada banyaknya tanaman jeruk manis yang ada di desa ini. Desa ini memang menjadi sentra buah jeruk di Banyuwangi. Tanaman jeruk sudah menjadi primadona dan telah menggeser padi dan poliwijo.
Rudi mengklaim, Festival Desa yang digelar telah berhasil menggerakkan gairah ekonomi masyarakat sehingga banyak bermunculan unit-unit BUMDes, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan munculnya wirausaha baru dari produk hasil pertanian.