Pernah mendengar burung enggang? Burung enggang atau biasa disebut juga burung rangkong merupakan burung keramat bagi suku Dayak. Burung yang terdiri dari 57 spesies ini tersebar di Asia dan Afrika. Dari 57 spesies itu 14 spesies terdapat di Indonesia dan banyak ditemukan di Kalimantan.

Cerita dan mitos tentang burung enggang berbeda di setiap daerah. Salah satu kisah menyebut, burung enggang merupakan jelmaan dari Panglima Burung.

Panglima Burung adalah sosok yang tinggal di gunung pedalaman Kalimantan dan berwujud gaib. Ia hanya hadir saat perang. Mengutip situs kalteng.go.id, pada umumnya burung ini dianggap sakral dan tidak diperbolehkan untuk diburu apalagi dimakan.

Burung enggang sendiri bermakna sebagai satu tanda kedekatan masyarakat Indonesia dengan alam sekitarnya. Seluruh bagian tubuh burung enggang digunakan sebagai simbol kebesaran dan kemuliaan suku Dayak. Burung ini juga melambangkan perdamaian dan persatuan.

Sayapnya yang tebal melambangkan pemimpin yang selalu melindungi rakyatnya. Sedangkan ekor panjangnya dianggap sebagai tanda kemakmuran rakyat suku Dayak.

Suaranya yang keras melengking, menjadi lambang ketegasan, keberanian, dan budi luhur. Perilakunya yang selalu hinggap di pohon tinggi diartikan sebagai sifat luhur dan jiwa kepemimpinan.

Burung enggang juga dijadikan sebagai contoh kehidupan keluarga di masyarakat agar senantiasa dapat selalu mencintai dan mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang anak yang mandiri dan dewasa.

“Dalam masyarakat Dayak secara umum, burung—termasuk enggang—berkaitan dengan penciptaan manusia. Ia sarat nilai sakral dan spiritual. Jadi, bagi kami, mereka wajib dilindungi,” kata Direktur Eksekutif Institut Dayakologi Krissusandi Gunui seperti dilansir tirto.id.

Salah satu jenis burung ini adalah enggang gading. Spesies ini berukuran besar, baik kepala, paruh dan tanduknya yang menutupi dahinya.

Enggang gading memiliki paruh dan mahkota berwarna putih. Warna putih itu akan berubah menjadi oranye dan merah seiring waktu.

Perubahan itu terjadi karena enggang menggesek paruh ke kelenjar sehingga menghasilkan perubahan warna.

Daun ara merupakan makanan favorit burung ini. Ia juga suka menyantap serangga, tikus, kadal dan burung kecil lainnya.