Desa Margamulya, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terus berusaha menanggalkan predikat desa tertinggal. Beragam upaya dilakukan, mulai pembangunan infrastruktur hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Dari 421 desa di Kabupaten Garut, hingga kini masih terdapat 32 desa tertinggal, satu di antaranya Desa Margamulya. Angka tersebut menurut data Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes PDTT RI) menunjukan penurunan jumlah desa tertinggal di Garut, yang sebelumnya mencapai 58 desa.

Desa berpenduduk 3.071 jiwa atau 1.018 Kepala Keluarga itu, pekan lalu dikunjungi Bupati Garut Rudy Gunawan. Rudy memuji kehebatan warga desa yang berjarak sekitar 14 kilometer dari ibu kota Kecamatan Cisompet itu. Pujian dilontarkan karena ia melihat warga mampu membangun jalan hampir 350 meter, dengan lebar 2,5 meter dan ketebalan 10 sentimeter.

Rudy sempat menanyakan bagaimana desa yang jarak tempuhnya jauh dari ibu kota kecamatan itu bisa mewujudkan pembangunan jalan. Padahal jika dihitung mengangkut material ke desa itu cukup mahal.

Dari dialog dengan aprat desa dan warga akhirnya terungkap bahwa gotong royong rahasianya. "Kuncinya gotong royong. Ini menjadi perhatian bagi saya selaku kepala daerah," kata Rudy.

Kepala Desa Marga Mulya, Mohamad Yusup Alam Agustina mengaku bangga dengan kunjungan orang nomor satu Garut itu. "Kami bangga dan bahagia bisa berbincang secara langsung dengan Bapak bupati," katanya.

Ia berharap desanya mendapat perhatian khusus dari Pemkab Garut terutama di bidang infrastruktur. Desa Margamulya, kata Yusup, punya luas 1.900 hektar. Desa ini berbatasan dengan Desa Cipangramatan (Kecamatan Cikajang) di wilayah utara, dan Desa Panyindangan (Kecamatan Pakenjeng) di wilayah selatan. Sedangkan sebelah barat desa ini berbatasan dengan Desa Linggamanik (Kecamatan Cikelet), dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Neglasari (kecamatan Cisompet). "Mata pencaharian warga kami 70 persen adalah buruh tani," ujarnya.

Ia berharap mampu secepatnya untuk menanggalkan status desa tertinggal. "Upaya yang kami lakukan selama ini, pada 2019 semua rumah di wilayah kami sudah dialiri listrik. Kami terus menggenjot infrastruktur dari mulai jalan desa, gedung posyandu dan fasilitas olahraga menggunakan Dana Desa dan bantuan-bantuan dari Pemkab Garut," katanya.

Desa ini memiliki 1 unit PAUD, 3 unit SD, 1 unit MI (Madrasah Ibtidaiyah), dan 1 unit SMP, serta 1 pesantren.

Untuk mengejar ketertinggalan, pemerintah desa juga memberikan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pertanian dan peternakan. Tujuannya untuk mencerdaskan pola masyarakat dalam bercocok tanam dan berternak. Apalagi tanah di wilayahnya cukup subur dan cocok ditanami jenis tanaman apapun. Bahkan rumput yang terhampar di mana-mana bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak, meskipun musim kemarau.

Desa ini juga setiap tahun berupaya memberikan penghargaan untuk anak-anak sekolah dan guru-guru berprestasi. "Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memberikan semangat dan bisa menghasilkan SDM yang unggul di desa kami," ujarnya. (Yan AS)