Covid-19 atau wabah Corona tak hanya membuat semua orang terancam jiwa. Tetapi juga merubah tata kehidupan dan relasi sosial semua orang, termasuk kehidupan warga desa di seluruh Indonesia. Desa 'dipaksa' berubah menuju tatanan baru alias new normal. Masalahnya, tatanan seperti apakah yang harus terjadi pada kehidupan desa yang disebut new normal?

Menurut Steering Committee Kongres Kebudayaan Desa (KKD) Ryan Sugiarto, perubahan yang saat ini terjadi pada seluruh aspek kehidupan sosial masyarakat akibat pandemi Covid-19 jelas butuh respons yang sistematis dan terstruktur. Hal ini penting dilakukan agar kita tidak latah memaknai istilah new normal.

"Inilah urgensi dari Kongres Kebudayaan Desa yakni mendorong dan menyusun tatanan arah Indonesia Baru dari Desa, kata Ryan saat jumpa pers di Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Kamis (25/6/2020).

Digelar 1-10 Juli 2020, Kongres ini akan membedah 20 tema mewakili berbagai tema kehidupan yang saat ini mengalami perubaha akibat wabah Corona. Tema-tema itu akan dibedah dalam bentuk Webinar atau Seminar Online dengan mengundang 90 narasumber dari berbagai ruang aktivitas seperti akadeisi, birokrat, tokoh muda, pegiat desa, seniman dan sebagainya.

Para narasumber akan membedah berbagai tema dengan berbasis pada riset yang telah digelar Panitia KKD. Riset berupa penyebaran Kuesioer Online menyasar 10 ribu responden dari berbagai lapisan masyarakat, wilayah dan latar belakang.

Kuesioner berisi berbagai gambaran situasi sekaligus harapan dari segenap warga bangsa Indonesia terkait dengan wabah Corona.

Jawaban dari Kuesioner ini akan menjadi sumber gagasan yang akan digunakan sebagai materi diskusi yang akhirnya akan menjadi bahan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).

Bukan hanya melalui webinar dan kuesioner saja, KKD juga menjaring gagasan tatanan Indonesia baru melalui Call for Paper yakni ruang gagasan bagi semua orang yang tertarik menuangkan pikiran dan gagasannya mengenai tatanan Indonesia Baru. Seluruh materi yang dibahas dalam acara ini akan dibukukan sesuai dengan tematik yang dibahas.

"Gong acara adalah Deklarasi Tatanan Indonesia Baru dari Desa pada 15 Agustus di Istana Negara oleh Presiden Republik Indonesia," ujar Ryan.

Output lain dari kongres ini, kata Ryan, adalah:
1. Tersusunnya Dokumen RPJMDes yang bisa digunakan sebagain acuan untuk seluruh desa di seluruh Nusantara.
2. Laporan Hasil Riset pada Juni-Juli.
3. Menerbitkan 20-22 judul buku dari 20 tema yang dibahas KKD
4. Menerbitkan buku Strategi Pemajuan Desa-desa di seluruh Nusantara.

Kepala Desa Panggungharjo, Wahyudi Anggoro Hadi menambahkan, realitas yang terjadi akibat wabah Corona adalah terjadinya banyak perubahan dalam struktur kehidupan masyarakat. "Wabah ini mendekonstruksi semua gagasan tanpa teriakan revolusi," ujarnya.

Menurut Wahyudi, ketika pandemi ini berlangsung, desa membuktikan diri sebagai kekuatan yang paling mampu bertahan di tengah gempuran krisis yang menghantam semua lini. Desa, ditopang posisi strategisnya yakni kekuatan hardware alias Sumber Daya Manusia, bentang alam dan sebagainya, juga kekuatan software berupa budaya dan tata nilai kehidupan sosial, terbukti mampu bertahan.

"Desa dengan kekuatan budayanya terbukti tangguh bertahan di tengah gempuran corona," ujarnya.

Pandemi Corona, kata Wahyudi, juga mengakibatkan perubahan pada dunia pendidikan. Diliburkannya sekolah juga membuktikan bahwa institusi pendidikan formal tidaklah penting lagi, semua dikembalikan pada keluarga.

Di wilayah ekonomi, situasi krisis ini menunjukkan bahwa puncak relasi ekonomi adalah kerjasama. Wabah Corona juga meruntuhkan berbagai keuatan yang selama ini Hegemonik, sekarang ini pula distribusi informasi menjadi merata dan cepat.

"Jika ini diangkat menjadi visi bersama yang melahirkan tatanan bersama, akan menjadi sesuatu yang kontekstual. Gotong-royong terbukti menjadi pranata sosial yang mampu mengatur relasi antarmanusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Penciptanya," kata Wahyudi.

Wahyudi berharap, seluruh materi yang dibahas dan didiskusikan dalam hajatan ini akan menjadi keluaran yang akan mendapatkan legitimasi politik dan sosial untuk mendorong berbagai perubahan ke arah tatanan Indonesia Baru.

KKD ini, kata Wahyudi, punya dua target. Pertama, membangun visi dan misi tentang Indonesia sehingga lebih implementatif dan menjadi panduan penyusunan kebijakan desa. Kedua, menjadi milestone atau tahapan-tahapan yang bisa terbaca dengan jelas oleh pemerintah desa dalam menyusun perencanaan pembangunan desanya.

AB Winata, salah satu narasumber menyatakan, wabah Corona bisa juga dimaknai sebagai momentum bagi berseminya kembali berbagai formulasi baru untuk Indonesia. "Ini momen untuk menyemai kembali benih-benih baru sehingga kita bisa membentuk tata peradaban baru Indonesia dan menjawab seperi apa sebenarnya ke-Indonesiaan kita," katanya.

Sementara itu Dewan Redaksi Katadesa.id, FX Rudi menyatakan, isu Kongres Kebudayaan Desa ternyata menciptakan perdebatan yang menarik. Kongres ini akan memperjelas makna kebudayaan Indonesia. Kongres juga akan memberi arah bagi perubahan yang sekarang ini sedang terjadi menuju arah yang lebih jelas.

"Dari berbagai pertemuan, saya banyak mendapatkan pertanyaan, kenapa ya kok yang menggelar Kongres malah Desa dan bukan kota? Ternyata Desa lebih memiliki orientasi yang jelas dalam mengelola perubahan," ujar Tenaga Ahli Madya Kantor Staf Presiden (KSP) 2016-2019 ini. (FJR)